Krisna Wahyu Yanuariski

Bukan Guru, hanya Murid dari Guru Kehidupan. Mahasiswa suka nyangkem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Exhibionis Pejabat, Melucu tapi Kurang Lucu
Benar News.com

Exhibionis Pejabat, Melucu tapi Kurang Lucu

Halo sobat rebahan, yang sukanya tidur sambil mengawasi fenomena yang terjadi belakangan ini. Jagad medsos salah satu contohnya tiktok dan youtub sekarang menjadi alternatif untuk melampiaskan syahwat dari kelelahan saat bekerja atau belajar. Kini dua platform media tersebut semakin digunakan oleh khakayak umum sebagai ruang berexpresi menyampaikan uneg- uneg nya tetapi terkadang banyak lontaran kebencian juga ada, yah maklumlah netizen.

Tiktok dan berita selu menyajikan hal- hal yang lucu dan update, seperti dahulu misalnya dengan berita dirjen pajak yang ternyata anaknya terlibat penganiayaan sebut saja inisial (M) yang mana malah menyorot gaya hidup mewah anaknya dan tersorot ke publik beberapa total kekayaan yang banyak, serta terlibat kasus pencucian uang.

Kemudian ada lagi yang masih hangat bersumber dari Kompas.com yakni pamer kekayaan oleh Kabid Dishub DKI lewat istir dan anaknya yang menunjukan hidup glamoritas. Itu hanya beberapa yang memamerkan soal kemewahan dari seorang pejabat. Itu hal yang lucu, seolah- olah mereka berkuasa dan menunjukan bahwa hidup itu enak dengan uang rakyat. Eh Wkwkw

Ada lagi yang lebih lucu, ketika ada siaran DPR RI ketika Menkopolhukam diundang untuk menghadiri rapat komisi III dengan Kasus pencucian uang yang beberapa Trilyun itu, menkopolhukam menyarankan kepada untuk mengesahkan RUU Pembatasan Transaksi Uang Kartal serta RUU Perempasan Aset segera disahkan. Tetapi apa pernyataan dari ketua Komisi III itu "Katanya cina- cina disini ikut juragannya pak, ketika juraganya bilang laksanakan ya laksanakan", inti maknanya begitulah. Maksudnya Ketua komisi ini siap melaksanakan jika ada intruksi dari ketum partai, lucu bukan?, Diberi ruang untuk mewakili suara rakyat eh malah minta suara dari ketuanya. Oke tapi tidak masalah husnudzon mungkin harus dialog dulu biar ada demokrasinya wkwk.

Exhibionis Kelucuan.

Dari beberapa itu masih banyak kelucuan di negeri yang lucu ini, tetapi sayangnya rakyat kecil tidak mau ikut tertawa, karena yang merasakan kehangatan tawanya hanya mereka yang berkuasa. Exhibionis itu istilah di dalam ilmu filsafat & sosiologi tentang kebiasaan yang mempertontonkan kelamin kepada seseorang yang tidak diinginkan untuk syahwatnya saja. Mungkin itu layak disematkan kepada yang memiliki kekuasaan dan kepercayaan publik, lihatlah mereka mempertontokan harta dan kekayaanya, jabatanya, atau mempertontonkan kedunguanya kata Bung rocky gerung wkw. Padahal pendiri bangsa ini dahulu mereka adalah yang berperang dengan Ide & Gagasan bukan perihal- perihal begitu saja. Mempertontonkan banyolan yang sama sekali tidak di inginkan rakyat. Kita rindu dengan sosok Sutan Syahrir, Tan Malaka, Bung Karno, KH Wahab Casbullah, Ki Hadjar Dewantoro, Bung Hatta. Yang mana mungkin mereka berbeda tupoksi dan sering bertengkar beberapa hal tapi ingatlah mereka bertarung yang namanya ide dan kematangan Intelektual dan Spiritual.

Ditambah lagii di era digital ini informasi semakin mudah menyebar, akibat mereka yang suka mempertontonkan hal yang konyol itu, masyarakat rindu sosok yang memiliki idealisme dan intelektual serta tokoh kharismatik yang memperjuangkan ide & gagasan. Bukan sekedar atas nama rakyat, atau mengaitkan dengan identitas kelonpok, ras, agama, demi politik. Memang politik adalah etika untuk melayani, tetapi lebih dari itu politik adalah tindakan, karya untuk ruang publik bukan malah untuk ruang privat.

Sungguh aneh negeri ini, tetapi aneh lagi jika kita tidak peka dengan kekonyolan seperti itu, katanya demokrasi tetapi amplop- amplop masih bertebaran dimana- mana, eh itu amplop untuk tunjangan bukan korupsi loh..

Sudahlah Kita Tetap Belajar Dahulu.

Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang bisa mengaplikasikan tiga hal yakni, pengetahuan, etika, pelayanan. Kalau kata HOS Tjokroaminoto jika pemimpin hebat itu bisa menulis dan berorasi dengan landasan- landasan yang matang. Memang sih aristoteles itu ada benarnya mengkritik sistem demokrasi yang terkadang dikuasai beberapa orang yang dominan memiliki kuasa dan pengaruh, tetapi tidak mengapa, kalau generasi kita itu tetap belajar yakni konteks dan teks. Supaya tokoh- tokoh perintis Indonesia ini akan lahir kembali.

Kemudian juga itu, apa sebentar lagi tahun 2024 katanya ada pemilu, seyogyanya kita berhenti untuk menerima sogokan atau dana yang mengalir, memang sih enak, tetapi uang itu bisa habis dan dicari, tetapi inovasi visinya yang logis, bermanfaat itulah yang sebenarnya kita cari. Dan jangan sampai terpecah belah kayak ada dua kubu kadrun dan cebong wkwk, sudah basi. Lihat noh World of War semakin panas rusia dan ukraina, masa kita tetap berantem mulu. Kapan majunya, kita belajar terus dahulu, jangan sampai merasa benar, tiada kebenaran tunggal di manusia yang prural, mungkin kita bisa berefleksi tentang tokoh presiden kita diambil segi baiknya, dan dijadikan bahan kurikulum untuk menentukan siapa pemimpin kita nanti. Mungkin itu saja, kita nikmati sajalah kekonyolanya, kapan- kapan kan bisa sadar. Sekian semoga bermanfaat.

Wallahul Muwafiq Ila Aqwa Min Thariq.

Wassalamualaikum wr wb.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post