Kristina Karolina Bangun

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerita Anak Negeri Jambi di MWC Batch 2 Jakarta

Cerita Anak Negeri Jambi di MWC Batch 2 jakarta

Saya bisa bercerita dan sering bercerita, apalagi ngoceh pelajaran di depan para peserta didik. Hahay ..., kadang kala ocehan saya kebablasan dan lupa waktu. Hayo…, Bapak Ibu guru ada nggak yang seperti saya? Jujur aja deh, Pak, Bu. Hehehe ….

Saya rasa semua guru mampu bercerita panjang lebar di kelas. Namun mampukah kita menuangkannya dalam tulisan yang baik dan enak dibaca? Belum tentu, toh? Nah, jangan malu, Pak, Bu. Panjenengan punya teman kok. Saya salah satunya.

Ketika memperoleh informasi adanya pelatihan menulis dari Media Guru, saya sangat antusias. Saya bertekad untuk ikut meskipun harus membayar. Rasanya rela menguras isi dompet yang besarannya senilai sebulan gaji itu. Ketika Pak Sekjen menyatakan bahwa lobi langitannya berhasil, saya sungguh bahagia. Cihuy … . Biaya pelatihan bisa saya jadikan ongkos penerbitan buku. Rejeki anak soleh ya. Hehehe … .

Diklat dilaksanakan di Pusdiklat Pegawai Kemdikbud Bojongsari. Dapat kesempatan ikut diklat menulis ini adalah rahmat besar buat saya. Tekad memaksimalkan diri dan mengali ilmu menulis sebanyak-banyaknya tertanam dalam hati. Sayapun ingin mengenal lebih jauh rekan-rekan guru hebat Indonesia agar dapat belajar dan saling bertukar informasi. Saya tidak sungkan-sungkan menyapa dan memperkenalkan diri. Sungguh saya memperoleh banyak informasi dari mereka tentang dunia menulis dan trik menulis yang produktif. Saat berkenalan itulah saya punya ide untuk bertanya pada beberapa guru,”Saat Ibu/Bapak mendengar daerah yang bernama “Jambi”, apa yang terlintas dalam pikiran?”. Respon yang sesungguhnya tidaklah mengejutkan bagi saya saat mayoritas Bapak dan Ibu guru mengatakan “Apa ya?” atau “Saya belum memikirkannya”. Sebahagian kecil menyatakan “Butet yang keluar masuk hutan.” , “Orang rimba”, atau “Kebakaran hutan”.

Rasanya ingin menangis mendapatkan respon teman sejawat yang sangat miskin ide ataupun pengenalan tentang Jambi, negeri asal saya yang begitu elok nan kaya. Tapi sudahlah ini bukan pertama kalinya saya memperoleh respon demikian. Pengalaman serupa juga saya peroleh pada saat mendampingi anak didik mengikuti lomba di UGM seminggu sebelumnya. Respon yang paling menyakitkan adalah ketika saya diberi kesempatan menjadi peserta workshop SEAMEO Qitep in Science pada 2013 di Bandung, saat salah seorang peserta nyeletuk “Jambi itu di negara mana ya?”. Celetukan itu menhujam lebih tajam kala saya tahu berasal dari rekan sebangsa setanah air. Kalaulah saya tak tahu malu maka saya pasti sudah menangis sampai jungkir balik berguling-guling di lantai waktu itu. Hahay … .

Kenyataan miris ini memantapkan saya untuk membuat Jambi lebih dikenal saudara sebangsa setanah air. Tekad ini semakin kuat ketika outline buku saya memperoleh tanggapan, “Saya sangat cocok dengan judul buku Ibu”, dari mas Eko. Adrenallin saya terpacu berbarengan dengan kesadaran bahwa saya akan kerja gila sekembalinya ke negeri Jambi tercinta. Terbayang peran multi peran sebagai guru sekolah berasrama, ibu tiga anak, istri suami tercinta, anak yang harus berbakti, mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas akhir, dan bagian dari persekutuan gereja. Semua peran harus saya lakonkan dengan benar dengan keberhasilan yang harus 100%. Hahay … . Kartini abad 21 yang super keren.

Saya harus membuat Jambi dikenal oleh saudara sebangsa setanah air. Hello … . “Memangnya siapa saya ya?”. “Sekuat apa saya mampu membuat Jambi terkenal?”. “Memangnya punya jabatan apa?”. “Karolina kan bukan asli Jambi”. “Asal kamu kan dari kaki Sinabung, tanah Karo”. “Nama kamu aja jelas sekali menyatakannya, Kristina Karolina Bangun”. Huss … . Aduh … . Pernyataan-pernyataan melemahkan itu terngiang-ngiang di telingaku. Diam! Brisik! Saya memang bukan asli berasal dari Jambi, namun jiwa saya sangat Jambi! Saya tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang kecintaan saya pada sepucuk Jambi Sembilan lurah. Tidak cukup waktu saya untuk menjelaskannya. Saya akan buktikan dengan karya nyata. Kekuatan saya ada pada kalimat-kalimat yang tertuang dalam baris-baris kalimat. Ah sudahlah. Cukup ya ceritanya Pak, Bu. Saya mau fokus dengan buku saya. Sampai bertemu lagi dengan hasil tarian jari anak negeri Jambi. Sukses untuk semua alumni MWC Batch 2 Jakarta. Semangat guru Indonesia! Bersama kita bisa!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wow, tulisan yang membakar semangat. Enak sekali membacanya. dahsyat dan luar biasa. Saya ikut menunggu buku terbaru tentang Jambi

24 Apr
Balas

Mesti belajar lebih banyak dari Pak Lek......master nulis ngge

25 Apr

wowww mantap tulisannya bunda Kris..ceritanya menyentuh sekali

24 Apr
Balas

hati hati bu... cerita ibu bisa memabukan pendengarnya..

24 Apr
Balas

Paragraf pertama itu, saya banget, bu... hehehe

24 Apr
Balas

Lanjutkan mom..alunan jemari sepucuk jambi..great!

24 Apr
Balas



search

New Post