Kumalawati

Mahasiswi S1 Akuntansi FE UNISSULA Sri Dewi Wahyundaru Email: [email protected]...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perbedaan Pengujian Pengendalian & Pengujian Subtantif

Perbedaan Pengujian Pengendalian & Pengujian Subtantif

Pengujian Pengendalian

Pengujian Pengendalian (Assessing Control Risk) merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan (AU 319.47).Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan keuangan. Namun sebelum melakukan penilaian pengendalian resiko, seorang auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian pengandalian internal sebelum memutuskan apakah entitas tersebut dapat diaudit (auditabilitas). Ada dua faktor yang menetukan auditabilitas, yaitu :

a. Integritas Manajemen

b. Kelengkapan catatan akuntansi

Tipe Pengujian Pengendalian

Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:

1. Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai SPI klien.

2. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.

Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian

Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:

1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien

2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya

3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan

4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor

Penentuan Risiko Pengendalian

Dalam membuat penilaian resiko pengendalian untuk suatu asersi, penting bagi auditor untuk :

1. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman

Auditor melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian intern untuk asersi laporan keuangan yang signifikan. Ketika auditor memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian intern, biasanya ia akan membuat pertanyaan, mengamati pelaksanaan tugas dan pengendalian serta memeriksa dokumen-dokumen yang akan menjadi bukti untuk mengizinkannya menilai resiko pengendalian dibawah maksimum.

2. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat muncul dalam asersi entitas

Beberapa kantor akuntan publik menggunakan perangkat lunak komputer yang menghubungkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam kuesioner yang terkomputerisasi dengan salah saji potensial untuk asersi-asersi tertentu. Tapi, auditor perlu memahami bahwa sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi digunakan untuk mengevaluasi dan menilai salah saji potensial intern yang dapat muncul dalam asersi laporan keuangan tertentu. Salah saji potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi kelas transaksi utama dan yang berhubungan dengan saldo akun yang signifikan, seperti kas dan hutang usaha.

3. Mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang diperlukan

Seorang auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang mungkin dapat mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang memproses jawaban kuesioner pengendalian intern atau dengan cara manual dengan menggunakan daftar (check list).

4. Melaksanakan pengujian pengendalian

Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan komputer, bukti pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap personil, dan mengamati personil klien dalam melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap pengujian pengendalian seharusnya menyediakan bukti mengenai efektifitas dari rancangan dan operasi dari pengendalian yang dibutuhkan. Sebagai contoh, dengan menggunakan teknik audit dengan bantuan komputer untuk menguji bahwa komputer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan pemasukan dalam pengeluaran kas, auditor memperoleh bukti mengenai efektivitas pengendalian terhadap transaksi peneluaran kas.

5. Mengevaluasi bukti dan membuat penilaian

Penilaian akhir dari resiko pengendalain untuk asersi laporan keuangan didasarkan pada pengevaluasian bukti yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern dan pengujian pengendalian yang berhubungan. Menentukan tingkat resiko pengendalian yang dinilai merupakan masalah pertimbangan yang professional. Pengevaluasian bukti melibatkan pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menarik suatu kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai efektifitas pengendalian intern, auditor sering kali menggunakan petunjuk mengenai frekuensi penyimpangan yang dapat di tolerasni, yang biasanya diekspresikan dalam bentuk persentase, dari suatu pelaksanaan pengendalian yang sesuai.

Luas Pengujian Pengendalian

Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.

Pengujian Subtantif

Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan.

Pengujian substantif meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh terhadap kewajaran saldo – saldo laporan keuangan.

Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif

Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:

1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.

2. Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.

3. Menginspeksi dokumen dan catatan.

4. Melakukan penghitungan kembali.

5. Konfirmasi.

6. Analisis.

7. Tracing atau pengusutan.

8. Vouching atau penelusuran.

Jenis pengujian substantif

a. Prosedur analitis

Prosedur analitis yang sering dilakuakan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Tujuan penggunaan prosedur analitis adalah:

- Memahami bidang usaha klien

- Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup entitas

- Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

- Menggurangi pengujian audit yang lebih rinci

b. Pengujian atas transkasi

Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur – prosedur audit untuk pengujian kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya pengujian atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah terotorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dangan benar.

c. Pengujian terperinci atas saldo

Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca maupun laba rugi, tetapi penekanan utama adalah pada neraca.Pengujian detail saldo akun yang direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan.

Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi tahap – tahap sebagai berikut :

1. Menetapkan materialitas dan resiko audit yang dapat di terima dan resiko bawaan suatu akun.

2. Menetapkan resiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi.

3. Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosuder analisis untuk suatu siklus akuntansi.

4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit.

Luas Pengujian Substantif

Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian subtantif yang dilakukan.Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit.

Sumber:

<https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-dan-pengujian-substantif>

Boynton,Johnson,Kell.2002.MODERN AUDITING EDISI KETUJUH.Jakarta:Erlangga

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post