Sebagai manusia yang hidup di antara banyak manusia lainnya. Pastilah tidak luput dari perselisihan. Baik itu yang di sebabkan secara sengaja. Ataupun hanya karena kesalahpahaman semata.

Perselisihan antara manusia, ada yang sebentar selesai. Ada juga yang tak kunjung usai. Sebagian selesai dengan saling memaafkan. Sebagian yang lain berakhir dendam meskipun sudah saling bermaafan.

Bila perselisihan habis setelah saling memaafkan. Biasanya mereka akan kembali bersama dan bisa bekerjasama dalam berbagai hal. Namun, perselisihan yang meninggalkan dendam. Mereka akan sulit untuk bersatu dan saling membantu. Karena biasanya akan muncul rasa saling kesal dan tak peduli.

Lalu, bagaimana bila yang berselisih adalah orang yang memiliki potensi dalam berbagai hal. Baik secara pemikiran maupun tindakan. Kemudian terjadi suatu keadaan yang mana salah mereka harus saling membantu satu sama lain. Padahal mereka sedang dalam konflik. Pada situasi seperti inilah akan muncul dilematika.

Di satu sisi, bagaimana akan membantu orang yang sedang membuat kesal. Bahkan akan terpikir untuk apa menolong orang yang membuat kesal. Hanya membuang waktu dan energi saja.

Di sisi lain, ada rasa beban moral yang menuntut untuk harus membantu. Karena itu akan bermanfaat untuk orang lain dan mungkin juga untuk dirinya sendiri.

Maka, ketulusan akan berperan di sini. Tapi, apa mungkin orang yang sedang kesal bisa semudah itu untuk tulus. Apalagi pada orang yang menyelisihinya.

Ini membuktikan bahwa tulus itu memang mahal harganya. Apalagi disaat diri sedang diracuni rasa dendam. Mungkin hanya orang yang berjiwa besar yang mampu melakukan ini. Atau orang yang dipenuhi dengan hidayah Tuhan di hatinya. Allahu bissawab