KURNIATI

Kurniati adalah guru Bahasa Indonesia di SMPN 171 Jakarta, sebelumnya mengajar di SMA Sumbangsih Jakarta....

Selengkapnya
Navigasi Web
Tangki Cinta
Jangan biarkan tangki cintamu kosong.

Tangki Cinta

Tangki Cinta

"Bersama bergulirnya waktu kebersamaan denganmu bukanlah menjadi sesuatu yang istimewa. Kejenuhan seringkali merasuki hati ini. Tawa dan candamu seperti masakan basi. Bahkan, sapaanmu laksana sayur kekurangan garam, terasa sangat hambar." Kalimat-kalimat itu meluncur begitu saja dari seorang perempuan yang usianya menginjak lebih dari setengah abad. Perempuan yang tidak lagi muda, tetapi wajah dan binar matanya memancarkan semangat hidup yang menggelora.

"Lantas, kamu apa? Lagipula pantaskah kau mengucapkan hal-hal semacam itu pada lelaki yang setia mendampingimu sekian lama. Lelaki yang mampu menaklukkan dirimu yang terkadang mendidih laksana magma. Tidakkah kau sadari bahwa dia mampu memadamkan api dari dapur magmamu. Coba renungkan. Janganlah kau terus mencari sisi kurang dari dia, lelakimu." Ah, kalimat-kalimat itu keluar dari suara hati itu. Perempuan yang sama. Perempuan yang tengah berdialog, atau lebih tepatnya berdebat dengan dirinya sendiri.

Perempuan itu menarik napas panjang. Dia terdiam sesaat. Kemudian, dia membaringkan tubuhnya ke atas ranjang dan menatap langit-langit kamarnya. Ia berpikir dan mencoba mengingat-ingat perjalanan hidup bersama lelakinya, yaitu suaminya. Dia pejamkan mata. Maka, terlintaslah kenangan manis bersama lelakinya. Lelaki yang dapat menaburkan benih cinta yang mendamaikan di saat perempuan itu masih muda belia. Lelaki yang membuat perempuan itu dapat menanamkan rasa percaya akan arti cinta yang sesungguhnya. Lelaki yang mau menerima kelebihan dan segala kekurangannya. Lelaki yang menghapus air matanya yang mengalir karena pengkhianatan seorang pecundang.

Tanpa disadari, air mata perempuan itu mengalir. Dia menyesali pikiran-pikiran liar yang hanya akan menggelisahkan hatinya. Dia pun menyadari bahwa lelakinya, suaminya selalu mengisi tangki cinta untuk dirinya. Tangki cinta yang seakan tak pernah kosong. Tangki cinta yang sesungguhnya mengisi setiap wadah dalam mahligai rumah tangga itu.

"Ah, jika dia selalu mengisi tangki cintanya untukku, mengapa aku tidak? Aku pun akan mengisi tangki cintaku untuknya. Ya, untuknya, lelakiku, suamiku, dan imamku."

Selanjutnya, perempuan itu beranjak dari tempat tidurnya. Mematut diri di depan cermin. Kemudian, dengan semangat ke dapur. Hhmm... Dia akan memasak makanan istimewa untuk lelakinya dengan bumbu cinta dan penuh rasa cinta.

Depok, 7 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, Say... Keren...

11 Oct
Balas

Terima kasih, Say

13 Oct

Cinta, warnai hidup. Tanpanya hidup terasa hambar

14 Oct
Balas

Harus Bu..menghidupkan cinta kepada suami.... istimewa'banget..sebagai pengingat untuk kita...salam Literasi....

12 Oct
Balas

Benar, cinta dalam mahligai rumah tangga harus selalu disiram agar tetap hidup dan bersemi.

13 Oct



search

New Post