KURNIATI

Kurniati adalah guru Bahasa Indonesia di SMPN 171 Jakarta, sebelumnya mengajar di SMA Sumbangsih Jakarta....

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Menulis Gurusiana (Hari ke-2)

Tantangan Menulis Gurusiana (Hari ke-2)

Bahagiakah Kau?

Bahagiakah kau?

Hhmm… apakah pertanyaan itu harus dijawab. Atau itu hanya sebuah pertanyaan retoris saja. Pertanyaan yang diajukkan seseorang ketika orang tersebut melihat ekspresi ketidakbahagiaan dari si penerima pertanyaan. Pertanyaan itu disampaikan untuk lebih meyakinkan si penanya bahwa apa yang ada dalam pikirannya sesuai dengan jawaban.

Membicarakan tentang bahagia dan kebahagiaan, sebenarnya membicarakan tentang tujuan kehidupan. Kecenderungan orang menjawab bahwa yang dikejar atau yang didamba dalam kehidupan adalah kebahagiaan. Namun, apakah sebenarnya arti bahagia dan kebahagiaan. Sungguh ironis rasanya, ketika semua orang mendambakan kebahagiaan, tetapi tak memahami hakikat kebahagiaan itu sendiri.

Menurut KBBI bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari hal yang menyusahkan). Jika berpijak dari arti bahagia tersebut tentunya bahagia itu mudah diraih, dan bahagia itu bersifat relatif. Contohnya seorang pengemis yang diberi uang lima ribu rupiah akan merasa senang atau orang yang sedang kelaparan ketika menerima sepiring nasi juga akan merasa senang. Perasaan senang yang lahir karena kebutuhannya terpenuhi. Perasaan senang itu, dapat disamakankah dengan kebahagiaan? Jika ya, maka kebahagiaan itu sangat mudah untuk diraih.

Namun, di sisi lain banyak kisah yang menampilkan kehidupan orang-orang terkenal di mana mereka mengakhiri hidupnya dengan sangat tragis, yaitu bunuh diri. Padahal, jika ditinjau dari apa yang dimiliki, mereka memiliki kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kecerdasan, dan kecantikan. Contoh kasus Adolf Merckle. Dia pernah menjadi orang terkaya di Jerman. Namun, dia mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan diri ke kereta api. Jadi, uang atau kepemilikan materi yang banyak tidak dapat diidentikkan dengan kebahagiaan. Kasus berikut tentang tragisnya kematian penyanyi pop kelas dunia terkenal yaitu Michael Jackson. Dia mengakhiri hidupnya dengan meminum obat tidur hingga over dosis. Jadi, ketenaran juga tidak dapat diidentikkan dengan kebahagiaan. Kasus selanjutnya terkait dengan kehidupan seorang perempuan terkenal yang memiliki kekayaan, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan yang mampu menyihir para pria berkuasa, perempuan itu adalah Cleopatra. Cleopatra, perempuan yang memiliki segalanya mengakhiri hidupnya dengan cara tragis, yaitu bunuh diri. Dari kasus-kasus tersebut, jelaslah bahwa kebahagiaan tidak disebabkan oleh kepemilikan seseorang terhadap kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kecerdasan, dan juga kecantikan.

Lantas apakah yang membuat seseorang merasa bahagia? Apakah kebahagiaan adalah sebuah fatamorgana, semakin dikejar akan semakin jauh, semakin dicari akan semakin tidak ditemukan. Akibatnya, tanpa disadari bukan kebahagiaan yang ingin dicapai, melainkan kepuasan. Padahal, kepuasan seseorang akan terkait dengan hati. Kegersangan hati dari sentuh kasih dan rasa syukur membuat seseorang merasa dahaga. Dahaga yang seakan tidak pernah terpuaskan. Setiap memperolah apa yang diinginkan yang terasa adalah kurang dan kurang lagi. Perasaan kurang itu membuat seseorang tidak dapat menikmati apa yang diperoleh, apalagi rasa syukur. Hasil akhirnya, lahir perasaan tidak gembira, tidak senang terhadap apa yang diperoleh dalam kehidupan, bahkan perasaan tidak berharga dan nelangsa. Merasa sia-sia dalam hidup. Sungguh ironis. Padahal, hidup adalah karunia. Tuhan yang Mahabijaksana, Mahamulia menciptakan kita manusia di semesta ini dengan tujuan mulia.

Lalu, bagaimana cara kita agar dapat menjalani kehidupan dengan perasaan senang, gembira, dan bahagia? Berkaitan dengan perasaan tersebut maka berkaitan dengan hati. Sebagai seorang muslim hendaknya jadikanlah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

“Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS Yunus: 58).

Perasaan senang, gembira, tenteram yang identik dengan bahagia, hadir karena gembira, bersyukur terhadap karunia Allah SWT. Karunia pertama adalah karunia kesempatan hidup yang Allah berikan. Ketika kita mensyukuri karunia pertama maka akan selalu mensyukuri setiap rahmat-Nya, apa pun bentuknya. Menjalani hidup dengan semangat dan selalu berprasangka baik pada pencipta dan pemelihara semesta, yaitu Dia Yang Mahakasih dan Mahacinta. Semua itu adalah kunci kebahagiaan.

Bahagiakah kau?

Ketika kita menemukan kenikmatan atas karunia Allah, kita menemukan ketenangan hati dan kenyamanan batin. Maka, dengan yakin kita menjawab, insyaallah aku bahagia.

Depok, 2 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih, Bu. Salam kenal juga dan salam literasi

02 Jan
Balas

Keren ulasannya, Bu. Salam sukses dan salam literasi.

03 Jan
Balas

Terima kasih, Say. Salam literasi

03 Jan

Luar biasa ulasannya, bu. Salam kenal!

02 Jan
Balas

Ulasan yang bermanfaat, bahasanya runtut, jelas, luar biasa, izin follow bunda ditunggu follow backnyaSalam literasi

02 Jan
Balas

Terima kasih, Bu. Salam kenal dan salam literasi

03 Jan

Sudah saya follow back, Bu

03 Jan



search

New Post