Kusdar Yuni,S.Pd

Hallo sahabat penulis yang hebat,salam literasi !! panggilan saya Yuni.saya mengajar di SMKN 1 Padang Panjang. SUMBAR. Bidang studi PPKn. Menjadi guru mem...

Selengkapnya
Navigasi Web

Literasi Dalam AKM

Literasi Dalam AKM

Dalam Zona Utara.com. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim akan menganti Ujian Nasional ( UN) dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei karakter. Menurutnya, Asesmen Kompetensi Minimum itu terdiri dari ujian kemampuan bernalar mengunakan bahasa (Literasi) dan kemampuan bernalar mengunakan matematika ( Numerasi ) dan penguatan pendidikan karakter.

Pelaksanaan AKM tersebut akan diikuti oleh siswa yang berada ditengah jenjang sekolah ( misalnya kelas 4 SD, , 8 SMP dan 11 SMA atau sederajat) dengan harapan dapat mendorong sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran guru-gurunya.

Untuk pertama kali AKM di perkenalkan pada Guru SMK se Indonesia hari Rabu tanggal 19 Februari 2020. Kebetulan penulis mengajar di SMK jadi pegalaman pertama ini penulis rasakan. Sebelumnya wacana pelaksanaan AKM banyak menimbulkan kegalauan bagi para guru.Hal ini disebabkan karena para guru tidak tahu sama sekali gambaran materi yang akan diujikan .Sebagian guru sibuk mencari informasi tentang AKM baik melalui Kepala Sekolah, operator, ataupun media internet.

Nyatanya didalam pelaksanaan AKM tersebut kegalauan dan kecemasan guru akhirnya hilang.Ternyata Asesmen Kompetensi Minimum tidak sesulit yang dibayangkan. Dalam pengenalan UKM yang kami laksanakan tadi terdapat dua kelompok soal. Yang pertama soal AKM yang jumlahnya berbeda-beda setiap guru, maksimal untuk satu kelompok soal itu berjumlah – sampai 15 soal. Dan untuk kelompok kedua dalam bentuk survei karakter yang jumlahnya berkisar dari 9 sampai 15 soal juga.

Dengan adanya Asesmen Kompetensi Minimum ini guru dan siswa diharapkan meningkatkan kemampuan membaca dan bernalar. Kesulitan yang ditemui oleh guru dan siswa dalam mengerjakan soal AKM dan Survei Karakter disebabkan selama ini pembelajaran dilakukan lebih banyak mengarah pada kompetensi pengetahuan dengan kebiasaan menghafal materi. Sehingga guru dan siswa mengalami kesulitan saat menemukan soal yang membutuhkan nalar. Apalagi dengan keterbatasan waktu yang tersedia, akan menimbulkan stres sebab waktu habis soal belum selesai.

Selama ini soal yang disajikan tidak banyak membutuhkan analisa, sehingga tidak perlu butuh waktu lama untuk mengerjakannya, padahal untuk UN satu mata pelajaran disediakan waktu dua jam. Akhirnya waktu itu terasa begitu lama bagi siswa, akibatnya siswa mulai jenuh didalam ruang ujian, kesempatan ini jadi peluang untuk bertanya dengan teman sebelah dan suasana menjadi ribut. Sedangkan dalam soal AKM dapat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami dan mengerjakan soal wacana atau soal cerita, karena butuh analisa atau penalaran. Hal ini juga disebabkan, siswa dan guru memiliki minat baca yang rendah. Kegiatan literasi belum jadi kebiasaan. Padahal soal-soal AKM yang diujikan membutuhkan banyak kemampuan literasi. Misal pada bagian kelompok Asesmen beberapa soal dalam bentuk soal cerita, membaca grafik, membuat perbandingan dari informasi yang disajikan dll.

Model Soal AKM berbeda dengan soal UN, pada soal UN yang hanya berbentuk pilihan ganda dan isian singkat sedangkan soal AKM lebih banyak variasi, ada yang berbentuk benar salah, isian singkat, essay, pilihan ganda biasa, pilihan ganda komplek, multi tab, Drop Down dan Drag and Drop. Beberapa model soal belum familiar seperti Drag and Drop adalah istlah buat suatu objek yang bisa didrag (ditekan mouse dan digeser) dan di drop (dijatuhkan/dilepaskan). Drop Down adalah memilih salah satu jawaban dari obsi yan telah disediakan dengan cara mengklik tanda anak panah kebawah.Istilah sederhananya di klik, tahan, geser lalu lepaskan ditujuan. Banyaknya variasi model soal ini mengakibatkan siswa dan guru mesti jelimet. Paham cara menjawab dengan membaca petunjuk dan simbol-simbol yang ada.

Berdasarkan model-model soal yang muncul dalam AKM memang betul-betul dituntul berpikir kritis,logis,reflektif,kreatif dan metakognitf sehingga mudah menganalisis soal. Hal inilah yang diharapkan dalam pembelajaran berlevel HOTS. siswa dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti : Berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif dan kreatif. Sehingga siswa mampu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta ( Anderson & Krathwohl ).

Untuk mewujudkan keberhasilan pelaksanaan AKM ini semua guru harus mengadakan perubahan pada pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan yang seharusnya sudah mengarahkan pada level HOTS. Berarti pembelajaran HOTS itu bukan hanya soal saja yang HOTS tapi dimulai dari perencanaan dan proses. Sehingga kemampuan menalar yang diharapkan dapat berkembang dengan baik.

Dengan menerapkan pembelajaran yang berlevel Higher Order Thingking Skills (HOTS) siswa akan mampu menyelesaikan soal-soal yang disajikan dalam berbagai bentuk model soal di AKM ini.

Perubahan ini membuat guru dan siswa agar dapat mengembangkan otak sebelah kirinya yaitu kemampuan menalar dari pada otak sebelah kanan yang selama lebih banyak digunakan hanya untuk menghafal.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post