TAMU KU SORE TADI (bag 2)
TAMU KU SORE TADI (bag.2).
Kantong kresek yang sekarang ada di tanganku ternyata berisi buah jeruk manis dan buah langsat. Sebetulnya bukan masalah apa yang sudah dia berikan. Tetapi entah kenapa tiba-tiba ada rasa haru sekaligus bahagia atas kedatangannya ini. Bagaimana tidak sudah setahun setelah kelulusannya tanpa ada berita sedikitpun dari teman-temannya tentang dia. Menghilang begitu saja tak tahu rimbanya. Dan sekarang tiba-tiba datang dengan segala kebaikannya, yang saat sekolah begitu sulit untuk kutemukan.
Setelah saling bertanya kabar, kamipun larut dalam percakapan tentang keadaannya saat ini, yang lebih memilih bekerja di perusahaan rokok, dengan gaji seadanya, demi untuk menopang ekonomi keluarga, dan membantu ibunya membiayai adiknya yang masih duduk di bangku kelas 1 SMA. sementara sang ayah telah kembali ke haribaan sang khalik, tepat seminggu setelah pengumuman kelulusannya.
"Sambil saya nabung bu, nanti kalau sudah punya uang, saya juga pingin kuliah". Begitu datar nada ucapannya, menceritakan keinginan dan cita-citanya. Dari percakapan kami, tak sedikitpun mengorek cerita masa-masa masih di sekolah, yang sejatinya bagi kebanyakan orang, bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah dan sulit untuk di lupakan. Dia seperti berusaha untuk tidak mengenang masa itu, meskipun sesekali ku ingatkan bagaimana hebohnya kelas mereka, gadis-gadisnya yang super cerewet dan centil-centil dan anak2 lelakinya yang super segalanya, namun demikian mereka mampu menorehkan prestasi untuk mengangkat nama kelas bahkan membawa nama sekolah.
Tiga tahun menjadi ibu mereka bukanlah waktu yang singkat, hingga terasa bagaimana dekatnya hubungan sebagai ibu dan anak. Saling memberi dan menerima dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Suka duka dijalani bersama.
Setelah azan berkumandang, diapun pamit untuk sholat di mesjid.
"Selesai sholat saya pamit langsung pulang bu, terima kasih untuk smuanya bu". Tanpa menoleh memberiku salam dan perlahan sepeda motornya berlalu.
Beberapa saat sempat aku tertegun, aku teringat bagaimana teman-temannya suka mengolok-oloknya, walaupun sekedar candaan. Beberapa guru pun ada yang selalu mengeluhkannya. Dan dia tetap dengan sikap diam dan apatisnya. Adakah mereka memahami tentang bagaimana keadaannya?
Mungkinkah ini salah satu penyebab mengapa begitu tidak perdulinya dia dengan masa-masa SMAnya. Tapi apapun itu, ibu bangga padamu nak, tempaan keadaan dalam hidup membuat kamu menjadi lebih baik, lebih mandiri, dewasa dan bermanfaat bagi orang lain yaitu orang-orang yang kamu cintai.
#Salam Literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar