Segalanya Serba Mungkin
Terik panas serasa membakar ubun-ubunku. Dengan langkah gontai aku mencoba menyusuri jalanan menuju pendopo kabupaten. Hasratku ingin menemui aspri bupati untuk menanyakan jawaban permohonan mutasiku tak kan pernah pudar. Mungkin mbak-mbak, mas-mas yang ada di ruangan itu sampai hafal denganku, karena tidak hanya 1,2 kali aku ke sana. Kalau dihitung-hitung lebih dari 5 kali. Tapi jawaban yang aku harapkan tak kunjung diberikan. Kalau tidak demi prinsip serta keinginan pindah untuk mendekati ortu dan anak2ku, rasanya enggan aku berhubungan dengan birokrasi. Tapi semua harus kujalani, agar aku lebih nyaman dalam menjalankan tugas2ku, sebagai guru juga sebagai ibu. Dorongan yang kuat dari keluargaku serta kondisi real di instansi asalku, membuat aku benar-benar berjuang luar biasa demi mendapatkannya.
“gimana mas? Apa surat permohonan saya sudah mendapatkan jawaban?
Dengan diplomatis mas Heru, ajudan bupati itu mengarahkan aku untuk menemui seseorang yang ada di dinas. Secara logika aku dan suamiku bertanya-tanya, mengapa harus ke pak Beno, kan sudah gak ada kaitannya dengan dinas masalah ini. Tapi tanpa banyak Tanya kuikuti nasehat aspri bupati itu. Langsung aku dengan diantar suamiku menemui orang yang dimaksud. Beliau sepertinya sudah terbiasa mendapatkan tamu seperti kami, ada beberapa persyaratan yang harus kupenuhi, semua kucoba untuk memenuhinya. Kamipun berharap pak Beno bisa membantu urusan ini. Sedikit terobati lelah ini dengan jawaban-jawaban yang disampaikan pak Beno. Hingga hari berikutnya ketika ada urusan di dinas, kusempatkan menanyakan kelanjutan proses mutasiku ini padanya. Tak kusangka pernyataan beliau sangat mengagetkan. Beliau bilang untuk urusan itu, juga tolong disiapkan sejumlah nominal. Bukan untuk saya, tapi ya untuk orang-orang yang dilewati surat tersebut…aku terkesiap mendengar penuturan beliau. Sungguh,,,sesuatu yang kutakutkan akan menghadang langkah prosesku benar-benar kualami saat ini. Aku hanya bisa membisu dan mencoba mencari alternative lain. Menurut beliau, hal itulah yang sudah sering terjadi bila ingin ada balasan yang mengenakkan dari proses mutasiku. Akhirnya kupalingkan niatku untuk berurusan dengan beliau lebih jauh. Aku putuskan untuk kembali menemui mas Heru.
Seiring bertambahnya usia kehamilan putraku yang kelima, tiada lain yang aku lakukan untuk memohon perlindungan dan kekuatan dariNya. Hanya Dialah yang bisa menolong dan memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Keyakinanku senantiasa kutingkatkan untuk terus memohon dan memohon kekuatan kepadaNya. Alhamdulillah, akhirnya ada alternative lain yang diberikan mas Heru agar permohonanku segera ada respon dari bupati. Segala cara yang tak bertentangan dengan agama aku lakukan. Aku membuat surat pribadi yang ku tujukan kepada bapak bupati. Tak lupa kusentuh pula hati ibu bupati dengan mengirimkan surat pribadi yang isinya senada dengan yang kukirimkan ke bapak bupati. Tak taulah, apa ada kemungkinan dengan cara itu akan ada respon nantinya. Lantunan doa sesering mungkin aku panjatkan untuk menghadapi semua. Bahkan ada yang menyarankan untuk mengirimkan hadiah fatehah untuk beliau-beliau yang berkaitan dengan proses itu. Aku sungguh berharap keajaiban itu terjadi. Banyak orang yang mencibir dengan upaya yang tidak biasa dilakukan kebanyakan orang yang aku tempuh. Tapi tetap aku yakin bahwa Allah pasti akan membantu hambaNya yang berserah kepadaNya dan memegang prinsip dalam aturanNya.
Seminggu berselang, aku selalu menanyakan perkembangan proses mutasiku pada mas Heru, baik lewat telpon ataupun secara langsung ke kantor. Rabu yang panas. Aku ke kantor setelah pulang sekolah diantar suami untuk menanyakan sekali lagi, tak ada harapan yang menggebu, dan bahkan sepertinya kekuatan ini hampir sirna. Kuketuk pintu Aspri, dan langsung kukatakan bahwa kami ingin bertemu dengan mas Heru. Ternyata beliau masih berada di ruang sebelah. Lima menit kemudian mas Heru menghampiri kami. Dan beliau menyampaikan “Sudah dilihat Bapak surat njenengan, semoga secepatnya ada memo untuk menurunkan surat mutasinya”. Aku terharu, bahkan hampir menangis. Rasanya bagai air di panas yang membakar apa yang dikatakatan mas Heru tadi. aku sungguh memanjatkan syukur yang tiada terhingga.
Tiga hari berikutnya ada telpon dari mas Heru, beliau mengabarkan bahwa surat mutasi sudah turun. Akhirnya kami melanjutkan proses mutasi sampai ke propinsi tanpa kendala yang berarti. Bulan Mei SK dari propinsi sudah di tangan. Putri ke limaku juga lahir dengan sehat dan selamat di bulan Juli. Alhamdulillah Ya Robb, Sungguh banyak hikmah yang bisa ku ambil dari ujian ini. Doa memang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Tiada ujian yang diberikan di luar batas kemampuan hambaNya. Pantang menyerah untuk menempuh jalan yang lurus. Jalan lurus harus dipertahankan walau sepertinya rintangan besar menghadang. Asal kita yakin Allah akan mengabulkan. Percayalah!!!!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar