
Seri KALI GAJAH WONG
Seri Kali Gajah Wong ( Part 11 )
Senin , 7 September 2020
Si Bonel Ternyata bakat Bisnis sejak kecil
Terasa dingin cuaca di Jogjakarta setelah terjadi erupsi gunung merapi beberapa bulan lalu. Aku berjalan-jalan menelusuri sungai Gajah Wong dengan keponakanku. Tak terasa sudah sekian lama tempat ini kutinggalkan. Dulu saat jalan ini belum berubah seperti saat ini aku teringat saat temanku si Bonel yang suka nungguin orang yang baru bermain kartu dengan dadunya. Dan dipojok-pojok sana banyak sumber air yang di gunakan untuk mandi ibu-ibu dikampung kami. Serta banyak juga para pedagang mainan yang berjualan disitu. Aku ingat makan gulali yang dijual disitu juga didekat para pemain judi dari siang hari hingga larut malam.
Suatu ketika aku lihat temanku si Bonel sangat rajin datang ke kampungku tak terlihat dia tidak ikut bermain tapi ternyata di tas yang dari tadi dia pegang isinya rokok yang dijualnya kepada para pemain kartu tersebut. Entahlan sudah berapa lama si Bonel melakukan hal itu. “ Ngapain kamu setiap saat ikutan orang-orang bermain kartu? “ kata Kelik temannya yang juga lihat orang-orang bermain disitu. “ Aku mau jualan rokok buat tambah-tambah uang jajanku”, kata Si Bonel.
Dia begitu antisipasi agar temannya jangan sampai mengetahui bahwa dia setiap saat suka ikut berkumpul di kerumunan orang yang main kartu judi. “ Aduh si Bonel kok suka duduk disitu ya? kataku pada Ajeng yang saat itu kami sedang bermain disungai. “ Jangan-jangan dia ikutan main kartu? Saut Fatia.” Eh mudah-mudahan teman kita si Bonel tidak seperti yang kita duga” kataku.
Beberapa kali kami dapati si Bonel bergabung dengan orang-orang tersebut. Suatu saat si Bonel sempat cerita bahwa dia tidak melakukan yang kalian duga, tetapi dia menjual rokok untuk tambah uang jajan bekal sekolahnya, hitung-hitung bantuin orang tuanya. Si Bonel anaknya baik suka nolongin orang ketika ada ibu-ibu yang selesai mencuci bajunya dari Belik dan mengangkat cuciannya ke atas karena jalannya agak terjal.
Aku jadi haru perbuatan si Bonel yang suka melakukan hal yang tidak baik menurut agama kami, ternyata dia sudah belajar berdagang sejak kecil. Saat ini setelah kami sudah memiliki cucu dapat berjumpa di social media WhaatsAap dia terbukti menjadi seorang wirausaha yang sukses.
Tak terasa aku sudah satu jam melihat-lihat kali Gajah Wong, kulanjutkan perjalananku melihat kolam yang dahulu tempat ini sawah sekarang sudah berubah menjadi lahan bisnis. “ Ayo kita telusuri lagi kearah timur ajakku pada ponakanku.
“ Hai kapan datang ? Tanya tetanggaku yang dikenal dengan nama bu Joyo. “ Inggih bude kemarin ini mampir saja” kataku. Bu Joyo terkenal penjaul jajanan pasar yang keliling di kampung kami. Jualannya ada mie Letek, Getuk telo, Tiwul, Hewek-hewek, ada Gudangan yang isinya daun kenikir, daun puyang yang dirajang lembut sama petai cina dan sayuran yang lain di campur bumbu kelapa parut yang dibumbui dengan bawang putih, kencur cabe dan gula, dibungkus kecil-kecil dengan daun pisang. Masih juga tetap seperti dulu. Namun itu hanya lamunanku sesatt dalam perjalanan pulang dari kali Gajah Wong. Orang yang jualan seperti itu sudah tidak ada. Sekarang yang jualan mbah Joyo sudah meninggal dunia dan berganti orang.
Bersambung...........
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Siiip Bun.. lanjut cerpennya. Sukses selalu Bun
Bagus...mbok ceritanya lbh panjang ben mantapb heher
Mantap bunda