CITA-CITA YANG BERBEDA
Fadhil telah melewati dua tahun sekolah di SMA Suka Duka, sekarang duduk di kelas XII. Masih ada waktu satu tahun untuk Fadhil menikmati kisah di bangku sekolah. Dia termasuk anak yang cerdas, walaupun masuk sekolahnya senin kamis. Terlahir dari keluarga sederhana, ibunya seorang guru SD, ayahnya seorang supir ojek online. Walaupun begitu, ayah Fadhil sangat berharap kelak anaknya menjadi orang yang berguna.
Hari senin, seperti biasa anak-anak mengawali kegiatan dengan tadarus, setelah itu proses belajar mengajar dimulai. Ibu Wida adalah wali kelas Fadhil, kebetulan jam pelajaran pertama bu Wida di kelas anak walinya. Setiba di kelas, bu Wida memulai pembicaraannya sebagai wali kelas, dicek kehadiran anak-anaknya, ternyata Fadhil belum datang. Hal ini sudah sering terjadi, bu Wida mulai berpikir bagaimana caranya menasehati Fadhil. Pelajaranpun dimulai, setelah 20 menit berlangsung Fadhil muncul di depan pintu kelas. Seisi kelas menoleh ke arah pintu, dengan santainya Fadhil menyalami bu Wida sambil berkata, “ mohon maaf bu, saya telat bangun”. Bu wida mempersilahkan Fadhil duduk. Semua guru mengeluh tentang keadaan Fadhil.
Bel istirahat berbunyi, bu Wida mengakhiri pelajarannya. “ Fadhil, ikut ibu ke ruang Guru,” tanpa banyak bicara Fadhil beranjak mengikuti bu Wida. Bu Wida mengajak Fadil untuk duduk santai di bawah pohon ketapang kencana, sambil menyodorkan minuman ke arah Fadhil. “Kenapa kamu sering masuk sekolah terlambat ? bu Wida memulai pembicaraan. “ bu sebenarnya saya tidak mau sekolah di SMA, saya bercita-cita menjadi seorang pelaut, sekolah di pelayaran, tapi orang tua saya tidak setuju dengan cita-cita saya”, dengan santai Fadhil menjawab pertanyaan bu Wida. “ oke, dengar baik-baik, tinggal satu tahun lagi kamu sudah tidak di sekolah ini, ibu berharap kamu menyelesaikan sekolah, jangan lagi terlambat, selesaikan semua tugas-tugas, intinya kamu bisa lulus, setelah itu kamu lanjutkan kuliah dibidang pelayaran, akan ibu bicarakan dengan orang tua kamu, yang penting kamu harus selesai sekolah SMA. Dengan perlahan Fadhil menganggukkan kepala, “ baik bu, akan saya usahakan.
Hari ini bu Wida mendapat pelajaran berarti, bahwa orang tua harus sepenuhnya mendukung cita-cita anaknya, yang penting untuk kebaikan dan berada di jalur yang benar.
Jakarta, 5 Juli 2020
Laila Heluth
Tantangan menulis hari ke_24
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren, orang tua memang harus mendukung cita2 anak. Tapi orang tua tetap berperan dalam menentukan masa depan anak.