Pentigraf (3)

Setelah mengikuti seminar SAGUSABU, para peserta ditantang untuk menulis di gurusiana. Tantangan ini tentu saja mendapat reward berupa piagam. Jenis piagam berbeda-beda, yang mampu menyelesaikan tantangan menulis 30 hari mendapatkan piagam biru, 60 hari mendapat piagam perak dan 90 hari mendapat piagam emas. Jangan terkecoh yaa! Piagam emas itu bukan piagam yang terbuat dari emas, tapi warnanya seperti emas.

Waktu terus berjalan, terlihat di grup SAGUSABU semua yang mengikuti seminar berlomba-lomba mengirim tulisannya, banyak yang pentigraf yang dikirim. Seru, lucu, sedih dan banyak lagi ornamen cerita yang ditampilkan. Aku tertarik juga untuk harus menulis, walaupun untuk sementara targetnya tantangan menulis 30 hari. Yaaaah lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali, karena kura-kura yang terus berjalan pasti mengalahkan kelinci yang hanya diam dan tertidur, ups jadi buat perumpamaan ni.

Hari kedua untuk pentigraf (2) saya lupa menulis lagi, sedangkan waktu telah menunjukan pukul 11.30 WIB. Saya kaget bukan main, dengan cepat saya meraih laptop yang sedang menatap saya dari kejauhan, yang melintas di kepala segerah kutuangkan dalam teks paragraf di gurusiana. Tersisa 5 menit, selesailah sudah pentigraf kedua. Saya legah karena teringat pemateri waktu seminar mengatakan bahwa menulis harus setiap hari karena kalau terlewatkan satu hari saja harus mengulang dari awal. Saya tersenyum teringat juga pesan ibu bidan, “pil KB ini jangan sampai terlewatkan, kalau lewat harus ulang dari awal lagi. Ternyata pil KB dan menulis pentigraf bersaudara, satu bapak dua ibu.