Libur kuliah telah tiba. Bucek mengajak Andi untuk pulang ke kampung halamannya. Karena libur hanya dua minggu, Andi memilih ikut Bucek ke kampungnya di barat kota Ambon. Suasana perkampungan cukup membuat pikiran tenang, setelah satu semester mereka berkutat dengan tugas yang menumpuk. “ ke pasar rakyat yuu, ajak Bucek. Dengan senang hati Andi mengikuti Bucek ke pasar rakyat. Suasana pasar yang ramai, saling tawar menawar barang, terdengar seorang ibu menawarkan sayuran kepada temannya. “ besok aku masak sayur paku, nnti aku bagi buat kamu juga ya !.

Setelah puas melihat keadaan pasar rakyat, merekapun pulang. Dalam perjalanan Andi bertanya kepada Bucek, “Uce, tadi saya dengan seorang ibu mau masak sayur paku, iih ngeri yaa.. masa sih makan paku ya ?. “ tidak seperti yang kau bayangkan Ndi, nnti saya bilang ibuku untuk masak sayur paku, supaya kamu tau seperti apa sayurnya.

Keesokan harinya, ibu Bucek menyediakan makan siang sesuai pesanan Bucek, sayur paku. “ Andi , ayoo makan ! segeralah mereka menuju meja makan, sepiring nasi, ikan goreng dan sayur paku langsung dituangkan ke piring Andi, “ sayur pakunya mana ? tanya Andi dalam hati, tidak terlihat ada sayur paku ! wooe, makan ! jangan bengong aja. Ini sayur paku, dari tanaman paku-pakuan (pakis), dicampur santan, sedikit belimbing wuluh, bawang merah, bawang putih, garam secukupnya. Segerah saja Andi melahap makanannya, dan weeeeh enaknyaa, benar-benar beda nama dan rasanya.

Jakarta, 10 Juli 2020

Laila Heluth

Tantangan menulis hari ke_29