Laila Heluth

hidup untuk "HIDUP". Semakin aku tahu, aku tahu bahwa aku tidak tahu...

Selengkapnya
Navigasi Web
TRADISI IDUL ADHA

TRADISI IDUL ADHA

#Tantangan Hari Ke_51#

Sebuah desa di bagian barat kota ambon, namanya desa Luhu. Itu adalah tanah kelahiranku. Ada hal yang unik dan tak pernah terlupakan. Daerahku termasuk dalam daerah dengan struktur pemerintahan dalam bentuk negeri adat. Segala tatanan desa diatur dengan adat. Kampung halaman yang kurindukan, segala tatanan adat sangat kental dengan agama, ketika ada acara perkawinan, pengantin diarak dengan salawan yang dikenal dengan hadarat, ada yang sunatan juga diarak dengan hadarat. Nuansa islami begitu terasa.

Begitu juga dengan perayaan hari-hari besar agama islam, salah satunya Idul Adha atau Idul Qurban. Setelah shalat berjamaah, beduk ditabuh mengiringi salam-salaman diakhir shalat, bunyi beduk tak henti sampai semua jamaah saling bersalaman. Sore harinya, hewan qurban diarak keliling mesjid dengan lantunan hadarat (shalawat). Shalawat ini diiringi dengan rebana yang membangkitkan hasrat mengagungkan Ilahi. Setelah diarak sebanyak tiga kali keliling masjid, hewan qurban kemudian disembelih di tempat penyembelihan. Dagingnya kemudian dibagikan kepada setiap RT untuk diteruskan kepada yang berhak menenrima.

Sisa dari hewan qurban dimasak oleh para istri badan saniri adat (staf pemerintahan desa), diumumkan untuk anak-anak usia sekolah dasar untuk mengambil daging qurban yang sudah dimasak tepat pukul 16.00 WIT. Kekgiatan seperti ini pernah aku lakukan. Pukul 16.00 WIT, terlihat anak-anak dengan dandanan rapi memakai baju baru sambil membawa tampa (mangkuk kecil) untuk mengambil daging qurban yang sudah dimasak.

Pemandangan yang sangat menyejukan hati, tak kala anak-anak berbaris antri dengan rapi, menunggu gilirannya untuk mengambil daging. Walaupun hanya dua potong daging, tapi senyum yang terpancar memberikan isyarat bahwa bahagia itu sangat sederhana, tidak perlu sesuatu yang mahal. Kegiatan ini juga memberikan pesan bahwa hidup rukun dan damai itu telah ada sejak jaman dahulu, untuk itu tatanan adat ini jangan sampai punah, karena pelajaran yang diberikan seperti ini belum tentu didapatkan di bangku sekolah.

Semoga tatanan ini tetap terjaga, tetap lestari dan tak lengang dimakan zaman. Aku bangga menjadi anak Luhu, Ambon Maniseeee…..

Jakarta, 1 Agustus 2020

Laila Heluth

Tantangan menulis hari ke_51

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap buu, banyak cara melaksanakan wurvan ya buu. Indah srkali kerukunan yang terjalin. Salam kenal dari Padang bu

01 Aug
Balas

Siap bunda...salam kenal dari ambon...

01 Aug

Terimakasih ilmunya

01 Aug
Balas

Sama-sama bunda. Salam literasi.

01 Aug



search

New Post