Oleh : Laila

Ya, dewasa ini aku dihadapkan banyak problem disekitar. Contoh kecil saja 'tugas'. Entah itu tugas di rumah atau di sekolah.

Mengapa demikian, aku yang sedari SD sudah dituntut untuk mandiri, selalu berpikir bahwa hidup adalah petualangan. Banyak hal baru ku temui walaupun banyak luka disana-sini.

Jadi wajar saja jika semakin dewasa ini, aku merasa levelku semakin ekstrem. Gemblengan yang aku dapatkan, cukup membuat hati terkoyak saat sedang menginstropeksi diri.

Kadang rasa menyerah pasti ada, tapi siapa yang mau bertanggung jawab terhadap hidup masing-masing individu? Tuhan saja enggan dengan hamba yang pemalas.

Dari sekian banyak petualangan, yang paling ekstrem adalah masalah hati. Hehe.. maklum aku masih ABG.

Mengapa ekstrem? Ya, aku lalui petualangan itu tanpa bimbingan dari orang dewasa. Aku jatuh bangun mencari jati diri soal perasaan yang aku alami.

Pernah suatu ketika, sakit hati muncul luar biasa, hingga menangis semalaman. Kelihatan lebay bukan? Aku menyerah? Tentu tidak.

Hidup bukan melulu soal cinta, buka mata dan lihat sekeliling. Ada orang yang rela bertaruh nyawa demi melihat senyum terlukis. Masihkah berharap ingin menyerah?

Dan ingat, petualangan masih akan berlanjut hingga saatnya pulang. Jadi berpetualanglah pada peta yang benar dan lanjutkan hingga tuntas. Karena petualangan ini akan menemukan harta karun atau justru bom untuk diri sendiri.

Soal cinta? Perbaiki saja jalan petualanganmu. Nanti tau sendiri siapa yang se-level dengan tingkat tantanganmu selama ini. Tak usah sibuk membuat jalan baru. Siapa tau jalan barumu itu banyak genangan air, hal buruknya mungkin jalan itu buntu.

Dan dewasa ini aku sudah dituntut untuk memikirkan diriku sendiri dan segala konsekuensi yang aku buat. Untuk apa? Untuk tau caranya menghadapi kerasnya hidup yang sesungguhnya.

Harapanku hanya satu, semoga aku bukan pemalas dan Tuhan tidak meninggalkanku.

17 April 2020

Semarang

Sumber foto : https://travelmaker.id/wp-content/uploads/2019/03/WhatsApp-Image-2019-03-10-at-09.49.17.jpeg