Dalam menjalankan peraturan atau keyakinan sekolah, tentu tidak lepas adanya pelanggaran. Untuk itu diperlukan meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau keyakinan sekolah selama ini. Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Hukuman dan konsukensi membuat siswa tidak nyaman. Hukuman memberikan dampak siswa merasa bersalah, rendah diri, sedangkan konsukeansi anak merasa kehilangan hak dan rata-rata siswa tidak suka jika mendapatkan peringatan.

Program disiplin positif yang mampu menciptakan siswa memperbaiki kesalahan dan memperbaiki kesahannya disebut restitusi. Restitusi merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan siswa mencari solusi atas masalah mereka, membantu siswa berpikir bagimana mereka dan cara memperlakukan orang lain. Dengan restitusi siswa mendapatkan penguatan dan bertanggung jawab atas perilakunya. Anak paham bahwa dirinya sendiri yang pegang kendali kontrol.

Sebagaimana yang sering terjadi di instansi sekolah banyak pelanggaran kedisiplinan. Salah satu contoh pada kegiatan upacara bendera, banyak siswa tidak melengkapi atribut, terlepas dari hukuman dan konsekuensi, siswa merasa tidak nyaman dan dipermalukan jika diminta berbaris bersama anak-anak yang melanggar lainnya selama upacara berlangsung.

Hal ini diperlukan evaluasi dan refleksi oleh pihak sekolah, mengapa pelanggaran lebih banyak terjadi dibandimgkan sebelumnya. Selain itu diperlukan kolaborasi untuk melakukan upaya efektif terhadap pelanggaran yang terjadi di sekolah.