SAMI'NA WA ATHO'NA
Dalam situasi tentang mewabahnya virus covid 19 ini sudah banyak upaya yang dilakukan untuk antisispasi mewabahnya virus tersebut dengan cara self distancing, lock down di sejumlah tempat, dan menjalankan pola bidup bersih dan sehat. Sesuai dengan berita baik di media elektronik maupun surat kabar masyarakat dengan cepat dapat mengakses berita tersebut kemudian menyebarkan satu sama lain. Terdengar juga berita dengan sejumlah kasus jatuhnya korban jiwa. Belum lagi berbagai upaya yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah dalam menanggulangi peritiwa ini. Tujuannya untuk meminimalisir dan menghentikan persebaran wabah covid 19. beberapa usaha pemerintah misalnya pembubaran masa di sejumlah tempat oleh petugas keamanan, instruksi untuk menutup fasilitas umum seperti tempat ibadah, pusat perbelanjaan bahkan sampai di tingkat desapun seperti pasar dilarang beroperasi selama beberapa hari ke depan. Namun berbanding terbalik dengan masyarakat di tempat tinggal saya dalam menanggapi permasalah tersebut. Mereka biasa saja, tidak mengikuti anjuran pemerintah dan masih melakukan aktifitas seperti biasanya. Beberapa pandangan atau pendapat mereka tentang musibah covid 19 ini didasarkan pada prinsip dan tuntutan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kata yang kami dengar dari percakapan mereka seperti “mati urip iku di tangan Allah”, wayahe mati yo mati, namung nek Allah ngersakno urip yo tetep urip”. virus iku yo makhaluke gusti Allah, ora kesuwen musnahno virus iku. “Idek marang gusti Allah lan dungo bakal dihindarno”. penjelasan salah seorang dalam percakapan mereka. Dan lainnya ekspresinya mengiyakan. Mendengar itu kami sebisa mungkin menjelaskan dan memberikan analogi-analogi sehingga mudah diterima. Namun mereka terdiam dan entah diterima atau tidak, tetapi setidaknya saya sudah menyampaikan dan membuka pikiran mereka agar tidak salah dalam menyikapi bahaya covid 19 ini. Dalam situasi seperti ini diperlukan sosok figuran yang dapat menyampaikan kebenaran. Dalam suatu organisasi pengajian dimana jamaahnya diantara orang-orang yang saya beri penjelasan tersebut menyampaikan bahwa jamaah tidak perlu takut dan resah, karena di dalam Al-quran telah disampaikan Wa Laa Tahinu Wa Laa Tahzanu, Wa Antumul A’launa Inkuntum Mu’miniin. Yang artinya dan janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman. Mereka berkeyakinan bahwa apa yang disampaikan sosok figur yang mereka ikuti itu pasti benar. Sikap mereka dimaklumi karena dari segi usia dan terbiasa dengan pola pikir sami’na wa’ato’na. Semoga mereka segera mendapat pemahaman yang benar dan mampu menyikapi situasi ini dengan tepat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar