Krisis Cinta Bahasa Daerah

Dengan kondisi new normal beberapa tempat umum pun menerapkan protokol kesehatan sesuai prosedur pemerintah. Begitu juga dengan sanggar kebugaran. Seperti biasanya dengan anggota yang dibatasi mengakibatkan bertemu dengan orang-orang yang baru.

Seperti biasanya, saya tidak bisa diam ketika bersanding dengan orang baru. Pasti akan basa basi ala kadarnya. Sembari menunggu instruktur bersiap.

"Dalem e pundi,mbak?"

"Itu Bu, pabrik es ke selatan?"

"Man 2" selidik saya.

"Masih ke selatan,Bu. Itu lo Bu, toko bunga. Ada nasi pecel pak Ali, pas dibelakang nasi pecel pak Ali" Jawab gadis itu tetap dengan logat bahasa Indonesia. Saya pun semakin gemes dengan gaya bahasanya.

"Kerja neng endi, mbak? Apa kuliah?"

Saya pun tetap memakai bahasa daerah Jawa asli Ponorogo.

"Kuliah di Solo,Bu"

"Jurusan?" Saya tanya lagi.

"Geografi"

Kondisi seperti diatas sering saya alami. Krisis cinta bahasa daerah sudah lunturkah? Anak jaman sekarang lebih suka memakai bahasa Indonesia ketika berinteraksi dimana pun. Sehingga bahasa Daeraha terlupakan sejenak. Ataukah menghindari kesalahan dalam penggunaan bahasa Daerah. Bahasa Daerah khususnya bahasa Jawa itu mempunyai beberapa tingkat dalam penggunaan. Rawan melakukan kesalahan dalam penggunaannya.

Sebagai contohnya :

Bahasa Indonesia :

Ayah tidur

Safira tidur

Bahasa Jawa

Ayah share

Safira turu

Begitu jelas bukan, penggunaannya mempunyai perbedaan.

Anak jaman sekarang apakah akan menghindari kesalahan sehingga lebih suka menggunakan bahasa Indonesia meskipun didaerah sendiri,yakni kampung.

Ponorogo, 02082020. 22.35