Renjana Seorang Pendongeng Part 5
Bagaimana,Yul?" Suara mbah Nyai semakin membuat Kak Yul gemetar.
Kak Yul tak menyangka mbah Nyai mempunyai pertanyaan itu untuk dirinya.
Bukankah Malika sudah menolaknya. Namun kenapa mbah Nyai Sahal malah melamar kak Yul untuknya. Malika, gadis yang telah menolaknya adalah anak perempuan mbah Nyai. Kak Yul tiada menyangka.
Malika yang duduk disebelah bu Nyai Sahal hanya tersipu malu, tertunduk. Jemari lentiknya memainkan ujung pipet jus jeruk dihadapannya. Ia yang telah berbohong pada kak Yul tentang kebenaran yang terjadi.
"Mbah Nyai, sungguh membuat sangat bangga mbah Nyai melamar Saya sebagai menantu mbah Nyai. Namun, Saya belum bisa memberikan jawaban atas seluruh pertanyaan mbah Nyai. Ada beberapa Hal pertimbangan yang harus saya pikirkan terlebih dahulu." Kak Yul menjawab dengan suara bergetar dengan wajah tertunduk.
Malika, gadis yang sebelumnya telah dikamar kak Yul ternyata putri mbah Nyai Sahal. Kak Yul merasa dipermainkan atas rasa yang ada pada Malika. Sebuah rasa kecewa mendera dan mendalam. Kak Yul merasa belum siap untuk melanjutkan membangun sebuah rumah tangga.
Renjana yang selama ini dirasa, ternyata hanya semu. Setiap kata nasehat yang diberikan oleh bu Aya terngiang ditelinga. Karir ini masih dimulai dan akan mengalami perjalanan panjang. Kenapa hati ini tidak siap ketika dilamar oleh seorang mbah Nyai.
Sebuah pesan singkat, segera ia kirim pada bu Aya. Sebelah berpamitan dari acara makan siang itu, ingin segera meluapkan rasa pada bu Aya.
"Bu, aku ke rumahmu sekarang juga." Tanpa menunggu balasan. 10 menit kemudian kak Yul didepan pintu rumah bu Aya. Dengan wajah muram dan menahan air mata yang jatuh.
"Tiada salam kudengar. Wajah kenapa itu kecut bin masam. Sabarlah, aku belum menemukan calon yang pas untukmu." Bu Aya menebak maksud kedatangan Kak Yul.
"Hu….hu….." pecahlah tangis kak Yul
"Loh, kok malah mewek. Sabar Yul, nikah itu gak bisa cepat-cepat kayak beli donat. "Hu….hu .."
Bu Aya pun hanya mendengarkan tangisan kak Yul yang tak kunjung berhenti.
Menangis bahagia atau sedihkah?
Ponorogo, 24 Juli 2020.22.27
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
keren banget bunda salam sukses dan salam literasi
Terimakasih untuk apresiasinya bunda