Laili Rusma

Laili Rusmawaty adalah guru bahasa Indonesia dan pengurus perpustakaan sekolah di SMAN 1 Kebomas Gresik. Korespondensi dapat melalui email lel...

Selengkapnya
Navigasi Web
(14) JAJANAN TRADISIONAL
Jajanan pasar : gethuk, klepon, dan putu

(14) JAJANAN TRADISIONAL

Hari ini Fadhilah diajak Abinya jalan-jalan mengelilingi Gresik Kota Baru. Kebetulan, sore ini hujan tidak turun. Satu minggu lalu, tiap sore sampai malam, hujan turun di kotanya, Gresik. Keluarga Fadhilah baru saja pindah dari Surabaya satu bulan lalu karena Abi pindah tugas.

Di Gresik Kota Baru, terdapat kawasan kuliner di daerah sekitar Jalan Nias. Di sana ada penjual soto, es buah, tempe penyet, dan lain-lain. Meskipun masa pandemi, tempat ini cukup ramai pada sore hari. Banyak pembeli yang membeli makanan di sini untuk dibawa pulang.

Abi mencoba membeli jajanan tradisional. Satu bungkus Rp 5.000,00. Abi membeli dua bungkus. Saat itu, pengunjung tidak begitu ramai karena pedagang baru saja menggelar dagangannya.

Sampai di rumah, Fadhilah meminta Umi dan Abi untuk makan bersama jajanan tradisional itu.

“Umi, ini katanya jajanan tradisional. Apa jajanan tradisonal itu, Mi?” tanya Fadhilah penasaran.

“Jajanan tradisional adalah makanan yang biasanya dijual di pasar tradisional. Makanan itu berasal dari resep turun-temurun yang menjadi makanan khas daerah tersebut,” kata Umi menjelaskan panjang lebar.

Fadhilah pun membuka bungkusannya. Ada kue berwarna putih, hijau, dan kuning.

“Wah, aku pernah makan makanan ini. Tapi udah lama, tuh. Umi, yang kuning ini apa namanya?” tanya Fadhilah.

“Ini namanya gethuk. Warnanya bukan hanya kuning. Ada yang berwarna hijau, merah, dan warna yang lain. Kue ini dari singkong. Memang sekarang jarang orang menjualnya,” kata Abi membantu menjawab pertanyaan Fadhilah.

“Yang ini apa namanya?” tanya Fadhilah sambil menunjuk kue berwarna hijau.

“O, ini. Ini namanya klepon. Di sini terkenal dengan nama kelepon. Tapi di Minangkabau, kue ini namanya onde-onde. Istilah onde-onde sendiri di sini berbeda dengan di Minagkabau. Umi tahu karena saat kecil dulu, Umi pernah tinggal di Padang,” kata Umi.

“Kalau ini, Mi?”

Fadhilah menunjuk kue berwarna putih.

“O, itu namanya putu. Umumnya putu berwarna hijau. Warna hijau berasal dari daun pandan,” kata Umi lagi.

“Ayo, dimakan. Nanti kita sama-sama cari tahu tentang jajanan tradisional ini. Dulu, bukan hanya gethuk, klepon, dan putu yang dibungkus. Tapi ada juga klanting, lupis, srawut,dan yang lain. Setelah ditaburi parutan kelapa, diberi gula merah di atasnya. Kalau ini tidak pakai," kata Abi yang tidak sabar ingin makan jajanan itu. Sepertinya, Abinya Fadhilah sudah lama banget tidak menjumpai makanan kesukaannya.

Umi melihat Abi dan Fadhilah makan jajanan dengan lahap. Dalam hati Umi berjanji untuk memperkenalkan jajanan tradisonal ini kepada anaknya karena jajanan ini tidak selengkap saat ia masih kecil bahkan sekarang ini sulit ditemukan.

Gresik, 27 Januari 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jajanan tradisional sudah sangat tergerus oleh jajajanan moderen, tetapi harus kita kenalkan...itu adalah bagian dsai kekayaan bangsa...keten Bu ceritanya.. sukses selalu.

28 Jan
Balas

Terima kssih, Bu Ila. Sukses juga untuk jenengan. Salam literasi.

28 Jan



search

New Post