sendiri itu sakit. sendiri itu sepi. sendiri itu kejam.

Untuk waktu yang belum jelas aku harus menyabarkan hati menyisir waktu, menyembunyikan rindu, di antara lipatan-lipatan hati yang tidak mampu kusimpan sendiri.

Menyedihkan sekali. Sebelumnya membayangkannya saja, badanku sudah lemas lemas. Rasanya bagaimana semua ini harus kujalani.

Dan sepi. Itu pasti!

Bagaimana tidak kurasai itu..?

Tidak ada kekasihku, buah hatiku, mutiara hidupku..ia jauh di sana..tidak bersamaku..dipisahkan oleh kesibukan dan tugas-tugas hidup yang berbeda, disekat oleh batas waktu yang kaku dan tak bisa ditawar, hambar sebetulnya, tapi tetap saja harus kutelan.

Dan senja, saat kutuliskan kalimat-kalimat ini, akupun masih saja terdiam, duduk di pelataran rumah yang ramai dengan suara-suara anak-anak kecil yang bermain, kendaraan yang lalu lalang, alih-alih mencoba memalingkan perhatian dari rasa rindu yang terus menghujam.

Tapi ternyata tidak bisa. Tetap saja hatiku sepi. tidak cukup juga aku terhibur.

Air mata tak terasa meleleh saja di pipiku, juga di hatiku. Perasaan ini telah menguasaiku, masuk ke dasar hati dan membuatku semakin sentimentil saja. Sungguh tidak dapat kubendung.

Berharap waktu cepatlah berlalu, angkatlah gulana hati, Tuhanku, karena ini mauMu, singkirkan ketakutanku, dari jiwaku, dan buatlah kutenang.

Karena apapun alasanya ini harus tetap kujalani. Menjerit pun mungkin tak membuat segalanya tiba-tiba menjadi seperti yang kumau, menangis sejadi-jadinya pun tak mampu menyelesaikan rindu dan cintaku yang kugantungkan di awan kelabu. Hingga batas waktu yang aku belum tahu.

(Untuk sahabatku, bersabarlah atas perihmu, sudah kucoba tuliskan kembali di sini, semoga terwakili)