Larasati Huri Saputri

Bertugas di SMA Negeri 1 Bergas Kab. Semarang ...

Selengkapnya
Navigasi Web

CALEG ITU MASA LALU

Maraknya kampanye yang sedang berlangsung mengingatkanku akan masa lalu. Berbagai macam bentuk kampanye, mulai dari model tertutup, terbuka, hingga yang model kamuflase dengan acara jalan sehat, kerja bakti, donor darah, atau pengajian sudah hafal di luar kepala. Tidak hanya hafal, bahkan sudah kulakukan. lho bagaimana bisa, guru menjadi caleg? Bisa!

Hal itu sudah lama terjadi, ketika masih kerja di luar negeri (baca:swasta). Tepatnya saat menjadi pengacara (pengangguran banyak acara). Ijazah sarjanaku yang mengganggur, status guru yang tidak diakui oleh organisasi manapun membuat aku memanfaatkan segala skillku untuk mencari nafkah. Awal keterlibatanku dengan politik bermula dari sebuah keluarga tempat aku tinggal. Beliau seorang purnawirawan dan mengenalkanku dengan sebuah partai. Saat itu kuota 20% untuk wanita harus dipenuhi oleh semua partai yang lolos verifikasi dari KPU. Sehingga akhirnya aku didaftarkan sebagai salah satu calegnya. Hal tersebut membuatku harus pindah status penduduknya menjadi penduduk kota semarang.

Tidak main-main, aku lolos menjadi caleg Provinsi daerah pilihan tiga yang meliputi Pati, Rembang, Blora, dan Purwodadi. Saat itu rasanya bangga, sebagai caleg pemula bisa lolos ke Provinsi. Seandainya nanti mendapat suara banyak, aku bisa duduk sebagai anggota dewan yang terhormat. Kampanye dimulai dari yang model tertutup, dan turun ke masyarakat langsung. Istilah kerennya blusukan. Delapan caleg berbagi tugas di empat Kabupaten. Ada kalanya kami bersama saat harus kampenye terbuka. Hampir setiap hari berangkat pagi dan pulang malam dengan seabrek kegiatan yang tidak bisa dipandang enteng. Harus memberi sambutan di acara yang diadakan oleh kader, orasi di lapangan terbuka, hingga ikut arak-arakan menuju lokasi kampanye. Dari kegiatan tersebut, aku jadi tahu banyak hal tentang anggota dewan. Termasuk bagaimana anggota dewan bisa melakukan proses pergantian antar waktu. Karena aku yang ditugaskan membuat surat perjanjian pergantian antar waktu bagi tim kami.

Sungguh pengalaman yang berharga bagiku, bisa terlibat pada pesta demokrasi pada 2002-2004. Walau pada akhirnya partai kami tidak mendapatkan cukup suara untuk mengantarku menjadi anggota dewan yang terhormat.

Takdirlah yang membawaku ke lingkungan orang-orang baik dengan tujuan mulia, menjadi seorang guru. Pekerjaan sosial yang mempersiapkan generasi muda menjadi penerus bangsa. Dibandingkan dengan gaji anggota dewan memang gaji guru tidak seberapa. Bahkan tidak akan pernah cukup untuk membayar semua beban pekerjaan yang disandangnya, termasuk beban moral menjadi guru.

bersyukur, aku tersesat di jalan yang benar yaitu menjadi guru. Pekerjaan yang tidak mengenal pergantian antar waktu. tetapi seumur hidup. Setidaknya setiap hari akan ada yang mendoakanku dan berharap terus sehat agar bisa bersama mereka, aset bangsa, Anak-anak didik tercinta.

Caleg adalah masa lalu, dan seperti lagu Mbak Inul Daratista.

Masa lalu

biarlah masa lalu

Jangan kau ungkit

dan jangan ingatkan aku..

Bergas, 26 Pebruari 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post