Ada Apa dengan Sekolah Daring Menyenangkan?
Suatu pagi di sebuah rumah seorang anak bertanya kepada ibunya, “Mah, gimana cara menyelesaikan soal ini? “ Jawab Sang Ibu, “ Tanya saja sama gurumu, mamah sibuk!” lanjut ibu ” Memang gurumu hanya memberikan tugas, tidak menjelaskan atau memberi contoh.”
Dialog di atas adalah potret pembelajaran jarak jauh yang sering kita temui akhir- akhir ini. Efek dari lamanya masa pandemi Covid -19. Mengakibatkan kejenuhan siswa dan orang tua. Selain itu kekurangkreatifan guru menambah rasa bosan ketika anak belajar dari rumah. Guru hanya memberikan tugas dan tugas tanpa memberikan penjelasan apalagi pendampingan dalam belajar. Yang lebih memprihatinkan lagi, guru memberikan tugas hari Senin. Dikumpulkan hari Sabtunya. Selama enam hari tersebut tak ada interaksi dua arah dari guru dan siswa. Ketika siswa bertanya, guru tidak merespon.
Ditambah lagi ayah sibuk bekerja. Ibupun kurang bisa memberikan pendampingan selama anak belajar dari rumah. Bahkan cenderung tak mau tahu hari ini anaknya belajar atau tidak. Bagi mereka cukup memberikan gawai dan kuota internet. Selepasnya terserah anak. Jika hal ini berlangsung terus menerus Indonesia akan kehilanga satu generasi terbaiknya
Seperti kita ketahui dunia di ujung jemari anak adalah dunia yang sarat konten negatif. Harus ada kerjasama antara orang tua dan guru untuk menanamkan karakter dan budi pekerti yang baik dari dunia digital. Agar anak dapat memilih tayangan yang bermanfaat untuk masa depannya.
Oleh karena itu perubahan pola pikir guru menjadi sebuah kebutuhan mendasar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran jarak jauh ini. Jika selama ini pola pikir guru hanya mengubah tempat belajar dari sekolah ke rumah. Tanpa mengurangi beban belajar anak. Pembelajaran hanya menitikberatkan tercapainya ketuntasan minimal kognitif dalam kurikulum. Tanpa disertai pengembangan karakter baik apalagi pembelajaran bermakna bagi siswa. Mengakibatkan anak bosan bahkan stres selama belajar di rumah.
Sejak 2019 Bupati Kabupaten Tangerang mendeklarasikan Gerakan Sekolah Menyenangkan. Salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Bekerja sama dengan CSR Sinar Mas Land. Menurut Prof. Rizal, pendiri GSM, untuk mengubah suatu bangsa tidak dimulai dari atas ke bawah. Tetapi dimulai dari bawah ke atas. Guru-gurulah sebagai garda terdepan perubahan bangsa Indonesia 10 atau 20 tahun yang akan datang.
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) adalah Gerakan akar rumput yang memandang peserta didik sebagai pribadi merdeka, unik, layak dihormati yang senantiasa dikembangkan seluruh potensi kecerdasaannya. Baik kecerdasan spiritual, emosi maupun sosial. Menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi siswa.
Empat prinsip model pembelajaran GSM adalah Learning Environment yaitu membangun lingkungan pembelajaran positif secara fisik dan sosial. Kedua adalah Pedagogical Practice. Mengutamakan model pembelajaran yang mendorong siswa berbeksplorasi, berefleksi, dan berpikir kritis seperti Problem atau Project Based Learning. Ketiga, Character Development yaitu memantik perkembangan karakter baik siswa melalui lingkungan dan model pembelajaran. Terakhir adalah School Connectedness yaitu usaha mendorong pelibatan semua pihak terutama wali murid dan masyarakat dalam menyukseskan proses pendidikan dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan.
Lalu pertanyaannya, dapatkah kita mengimplementasikan keempat prinsip di atas dalam pembelajaran jarak jauh? Tentu saja sangat bisa. Dimulai dengan komunikasi intensif antar sekolah dan orang tua. Di awal tahun ajaran baru sekolah mengadakan orientasi peserta didik dan orang tua. Hal ini bertujuan untuk menentukan sarana pembelajaran jarak jauh yang tepat dan tidak memberatkan siswa dan orang tua. Kesepakatan ini sangat penting sebagai cara membangun lingkungan pembelajaran positif fisik dan sosial. Akan timpang sekali jika guru memaksakan kehendak menggunakan platform pembelajaran digital/ elearning. Sedang rata-rata pendapat orang tua menengah ke bawah. Namun hal ini bisa diminimalkan ketimpangan tersebut karena pemerintah saat ini sudah memberikan kuota pendidikan. Meskipun belum semua anak dan guru mendapatkannya.
Upaya membangun lingkungan sosial positif dalam pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya, membuat kesepakatan jam belajar dan pengumpulan tugas yang fleksibel. Terjalinnya hubungan positif antara guru, murid dan orang tua. Sebelum mulai belajar daring, guru menanyakan kabar siswa, mendoakan kesehatan siswa dan memotivasi siswa pentingnya belajar untuk kesuksesan masa depan. Interaksi yang asyik dan menyenangkan walaupun hanya lewat whatsapp. Guru senantiasa memberikan penghargaan atau apresiasi kepada setiap hasil belajar siswa. Bisa berupa simbol jempol, atau piagam penghargaan.
Mengkolaborasikan pembelajaran bermakna dan penanaman karakter positif siswa. Seperti pembelaran kelas 6 muatan pelajaran PPKn tentang menganalisis pengamalan sila-sila Pancasila. Siswa diminta menuliskan laporan ibadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Hal ini selain membiasakan kebiasaan taqwa juga penanaman kompetensi spiritual siswa. Ketika anak diminta mengamati keadaan rumah. Bersih atau kotor? Apa yang bisa anak lakukan untuk membantu ibu di rumah? Ini merupakan pengamalan sila ke dua Pancasila. Dalam GSM ini merupakan pembelajaran berbasis Social Emotional Learning (SEL).
Pembelajaran jarak jauh yang tak kalah menyenangkan adalah pembelajaran berbasis proyek. Senada yang disampaikan oleh Mentri Pendidikan Indonesia, Nadiem Makarim tentang “merdeka belajar”. Beliau mengatakan, “Kalau kita ingin melakukan tranformasi pembelajaran di dalam suatu ruang kelas, maka harus banyak tanya, banyak coba, banyak karya. Salah satu bentuk model pembelajaran merdeka belajar adalah Problem atau Project Based Learning. Siswa dilatih bernalar kritis, mampu berkolaborasi, mandiri, merdeka dan termotivasi meningkatkan kemampuannya dari mana saja. Kreatif mencari hal-hal baru berinovasis secara mandiri dan mempunyai rasa cinta terhadap kesenian dan budaya
Pembelajaran berbasis proyek harus disesuaikan dengan tingkat usia anak dan kondisi ekonomi orang tua. Pembelajaran di kelas daring dapat diawali dengan bertanya,” Siapa yang pernah makan jojorong ? “Satu persatu anak menjawab. Ada yang bilang pernah makan, pernah membuat, dan ada juga yang berkata tidak suka. “ Bagaiman jika kita buat proyek membuat makanan kesukaanmu? “ Hampir 90 % wanita merespon positif.
Jadilah diskusi asyik di kelas daring. Dari menentukan teman kolaborasi, jenis makanan yang akan dibuat, sampai harga bahan yang dibutuhkan. Dan yang tak ketinggalan, menentukan kapan membuatnya? Serta cara melaporkan hasil proyek.
Guru hendaknya membebaskan jenis makanan yang akan dibuat anak-anak. Hanya berpesan,” Buatlah makanan yang mudah, murah dan bisa dibuat sendiri ! ”. Jangka waktu pembuatan satu minggu. Menuliskan bahan yang digunakan beserta harganya. Langkah-langkah membuatnya pun harus laporkan . Baik berbentuk foto/video dan secara tertulis.
Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning mengajarkan siswa mengambil keputusan, kreatif, inovatif dan kolaboratif. Mungkin pada awalnya mereka membuat proyek karena dinilai bu guru. Jika pembelajaran semacam ini sering dilakukan bukan tidak mungkin menjadi suatu kebiasaan. Kemudian guru memotivasi siswa menjual hasil proyeknya kepada orang lain. Maka sejatinya pembelajaran berbasis proyek mengajarkan siswa menjadi wiraswasta sukses di masa yang akan datang.
Pembelajaran proyek adalah pembelajaran tematik. Satu proyek terdapat muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan SBK. Ketika siswa berkolaborasi, siswa belajar sila kedua Pancasila. Siswa menuliskan langkah-langkah membuat proyek adalah pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa membuat makanan khas daerah dan berani menjual kepada orang lain adalah pembelajaran IPS. Sedang ketika siswa menghitung takaran bahan dan untung rugi berjualan adalah pembelajaran matematika. Sebelum menjual barang, siswa membuat poster untuk menarik minat orang yang akan membeli, ini pembelajaran SBK.
Proyek foto atau video hasil karya anak unggah di media sosial. Berikan penghargaan jangan kritikan. Kalaupun kita memberikan masukan pergunakan kalimat positif. Seperti, “ Wah, kue jojorongnya enak banget, tapi kamu kurang sabar ya? Belum waktunya dibuka sudah dibuka. Jadi tampilannya kurang menarik “. Seperti kita tahu bahwa saat ini kita mendidik anak milenial. Mereka akrab dengan media sosial. Selalu update status, dan ingin dihargai. Hal ini akan meningkatkan semangat anak untuk melakukan pembelajaran proyek selanjutnya.
Setelah pembelajaran proyek selesai, guru dan siswa sama-sama berdiskusi. Melakukan refleksi bersama-sama. Tentang kekurangan dan hambatan selama proyek. Serta manfaat pembelajaran proyek ini bagi siswa. Guru hanya memberikan pertanyaan, “ Lalu bagaimana caranya agar proyek yang akan datang bisa sukses? Apa saja manfaat yang kamu dapatkan dalam belajar proyek ini? “ Biarkan siswa yang menjawab. Kemudian disimpulkan bersama-sama.
Jika semua guru yang ada di Indonesia melaksanakan pembelajaran jarak jauh menyenangkan tak ayal lagi akan terbentuk generasi yang tangguh, mandiri dan berkarakter. Sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mewujudkan manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Lasmi Ningsih
Tangerang, 27 November 2020
#Tantangan_30_Hari_Menulis_Hari_ke_27
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar