Lasmi Ningsih

Anugerah Terakhir. Menulis dengan menghadirkan wajah-wajah orang tercinta Orang yang dipilih Allah menjadi perantara hadirnya aku kedunia Yang setiap...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengajarkan  Pekerjaan Domestik Sambil Bermain
Tantangan_30_Menulis_Hari_Ke_15

Mengajarkan Pekerjaan Domestik Sambil Bermain

Sebagian orang berpendapat bahwa tak selayaknya seorang pria mengerjakan pekerjaan domestik rumah tangga. Takkan mengurangi harga diri lelaki ketika mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan Rasul Muhammad SAWpun selalu menjahit baju atau sepatu sendiri. Pekerjaan domestic seperti menyapu, mengepel dan mencuci baju. Namun bagiku seorang anak laki-laki tetap harus mengenal pekerjaan domestik. Ini bermanfaat jika nanti anak kita kos atau masuk pesantren. Jadi sudah tidak kaget lagi dan tergantung dengan orang tua atau asisten rumah tangga. Pun jika anak kita telah dewasa dan hidup berumah tangga. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang peka dengan kebutuhan domestik rumah tangga.

Lalu pertanyaannya sejak kapan mengajarkan pekerjaan domestic kepada anak kita? Kita dapat mengenalkan pekerjaan domestic rumah tangga sejak anak mengenal benda. Usia 2 sampai 3 tahun. Bagi anak 2 atau 3 tahun rasa keinginan tahunya sangat tinggi. Apa saja yang dipegang orang dewasa, ia ingin memegang juga. Misal ketika kita menyapu, ia ingin pegang sapu.

Terkadang kesalahan orang tua adalah menganggap rasa penasaran anak sebagai sebuah gangguan. Ketika kita sedang mengepel, anak ingin ikut mengepel. Kita berkata, “ Adek jangan! Nanti terpeleset! ”. Padahal ketika anak penasaran akan sesuatu yang orang dewasa lakukan. Saat itulah kita mengenalkan pekerjaan rumah tangga.

Dimulai dengan menyediakan alat-alat rumah tangga khusus untuk anak kita. Misal sapu dan kain pel yang dipotong gagangnya agar tidak terlalu berat dibawa anak. Ketika orang dewasa menyapu kita katakan ke anak, “ Mas/Mbak… bantu mamah menyapu yuk, biar rumah kita bersih! “

Untuk mengepel orang dewasa harus ektra hati-hati. Kita sebaiknya menanamkan ke dalam diri anak. Lantai basah itu licin. Harus hati-hati ketika menginjaknya . Jadi katakan, “ Mas/Mbak, hati-hati lantainya licin ya! “ Jangan berkata, “ Awas licin, nanti jatuh!” Terutama jka itu ibu yang mengatakan. Ucapan seorang ibu adalah doa.

Teringat nasehat alamarhum ayah. Kalau seorang ibu mengatakan “ Jangan naik-naik, nanti jatuh!” Kata ayahku berarti kita mendoakan anak kita jatuh. Sebaiknya mengatakan hal yang positif. Seperti, “ Nak, turun ya!

Ketika mengajarkan anak mengepel usahakan anak di belakang kita. Jadi anak mengepel lantai yang kering. Selain itu persiapkan satu kain pel yang masih kering untuk anak pakai mengepel. Sambil berkata, “Mas/mbak, bantu mamah ya!” Jadi mamah selesai pekerjaan rumah tangga. Anakpun bahagia bermain kain pel kering.

Yang tak kalah penting adalah memberikan penghargaan kepada anak ketika selesai membantu. Bukan dicaci apalagi dikritik. Namanya juga sedang belajar.Penghargaan bisa berupa ucapan, ”Terima kasih Mas/Mbak yang hebat! Hari ini keren. Sudah membantu mamah menyapu. Besok lagi ya” Sambil dipeluk (Jika anak kita masih balita).

Lasmi Ningsih

Tangerang, 15 November 2020

#Tantangan Menulis Hari Ke-15

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen, Bunda. Salam literasi

15 Nov
Balas

Terima Kasih Pak Dede. Masih belajar konsisten menulis. Jadi yaa masih sederhana.

15 Nov
Balas



search

New Post