Melatih Kesepakatan Pada Anak Balita.
Sudah dua malam anak rewel sebelum tidur. Sudah menjadi kebiasaan anak. Setiap menejlang tidur, Ia akan mengabsen satu persatu maianan yang dimiliki. Tibalah pada mainan mobil truk warna kuning dan biru tidak ditemukan. Aku sudah mencari kekolong lemari, meja sampai kulkas. Membuka satu perstu bok yang ada. Memindai setiap sudut rumah. Namun mainan tersebut tak ditemukan. Sebelum Mas Fatih marah, akupun berkata, “ Mas, sepertinya mainan truknya terbuang sampah. Jadi tidak bisa ketemu. Bagaimana kalau nanti mamah sudah punya uang lebih, mama belikan! Sekarang main pakai truk merah saja, ya! “ Dengan enggan Fatih menjawab, “ Besok beli lagi mamah? “ Jawabku, “ Bukan besok, tapi bulan depan kalau mamah sudah gajian, ya! ”
Hari gajianpun tiba. Teringat janji kepada anak. Akhirnya setelah sholat isya bertiga kami menuju toko mainan. Dari rumah sudah ditanamkan kepada Fatih, “Kita akan beli satu mainan, truk saja, ya! Sepakat. “ (sambil jabat tangan dan jangan dilepaskan jabatan tangannya sampai ia berkata, “ sepakat!”
Sesampainya di toko mainan. Langsung bertanya tempat maina truk dipajang. Fatih mengikuti sambil tengok kanan kiri. Tak lupa mengomentari setiap mainan yang dilihat. “ Ayah, itu mobil kontainer! Itu mobil eskafator besar!” Namun karena kesepakatan dari rumah membeli truk. Ketika Fatih menginginkan mainan lain. Aku akan berikan pilihan, “ Jadi mau beli apa? Pilih salah satu. Truk atau eskafator? “Pada awalnya tidak mudah melatih anak umur 3 tahun konsisten dengan kesepakatan. Namun terus kami latih. Diberi pengertian lagi, “ Di rumah eskafator sudah ada. Truk tidak ada, jadi mau yang mana? “ Stelah pegang mainan truk dan eskafator. Fatih lebih memilih membeli truk
Tak jarang kita temua anak tantrum saat menginginkan sesuatu. Ditambah stok kesaran orang tua menipis akibat kelelahan bekerja atau masalah lain.Akibatnya anak dibentak dimuka umum. Bahkan lebih miris lagi jika anak sampai dipukul di depan umum. Hal ini akan sangat berdampak pada psikologis anak.
Namun demikian bukan tidak mungkin kita, sebagai orang tua harus terus belajar mengasuh anak. Tak ada pola pengasuhan yang sama. Meskipun kepada anak kembar sekalipun. Yang perlu diingat ayah bunda adalah membangun komunikasi sejak dini kepada anak. Mungkin anak 1 bulan belum paham apa aktifitas orang tua. Ketika kita membiasakan berkomunikasi kepada anak dengan mengatakan, “ Mas baik-baik ditempat tidur ya, mamah mau sholat, atau mau bekerja atau mau apa saja yang sedang kita lakukan “. Memang anak belum bisa menjawab, namun pendengarannya sudah berfungsi. Jika ini kita biasakan terus menerus berati kita telah membiasakan kebiasaan berdiskusi.
Pun dengan mengenalkan uang kepada anak sejak dini.Menurut saya sangat penting. Terutama disertai penanaman tentang bagaimana mencari uang? Untuk apa mama dan ayah bekerja? Setelah mempunyai uang untuk apa saja? Hal ini berguna untuk membiasakan tidak semua keinginan anak harus terpenuhi. Membeli mainan hanya satu sesuai kebutuhan.
Sumber gambar : https://id.pngtree.com/
Lasmi Ningsih
Tangerang, 14 November 2020
#Tantangan_30hari_Menulis_Hari_ke_14.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar