Lasmiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Munafikkah Kita

Kata hati itu selalu baik dan benar. Tetapi pandangan tentang kebaikan itu, setiap orang bisa berbeda. Orang banyak yang menganggap sesuatu kebenaran itu, bila disukai bersama, menguntungkan bersama dan menyenangkan sekitarnya. Namun bila sesuatu itu tidak sesuai dengan suasana dan keinginan hati juga berat melakukannya, sedaya upaya orang itu akan mengatakan, hal itu adalah kesalahan atau keburukan. Paling tidak begitulah yang terjadi sekarang.

“Baik buruk itu terpaut pada suasana, siapa, untuk apa”.

Boleh jadi kebaikan itu secara luas diterima, tapi ketika suasana tidak mendukung, pelaku sedang tidak suka, maka kebaikan itu bisa dianulir dengan tindakan lain yang dinilai juga “baik”.

Makna kebaikan sudah berbeda dengan arti dalam kamus

Berbicara tentang kebaikan semua harus bermuara pada hati nurani. Di mana pun berada, dalam konteks apa, posisi apa, keadaan bagaimana. Karena hati nurani tetap pada koridor yang benar. Dia tidak akan berubah arah, berubah sudut pandang maupun berubah sifat.

Maka mulai sekarang, turutilah hati nurani kita. Berlatihlah untuk melihat sesuatu dengan nurani. Lihatlah kebaikan dengan cara yang baik. Belajarlah untuk mengakui kebaikan meski itu tak lazim, tak wajar, bahkan mungkin yang dianggap tak logis sekalipun. Karena saat ini banyak hal-hal yang menjadi logis hanya berdasarkan kelaziman.

Bila kita menjunjung tinggi kelaziman yang berlaku di sekitar kita, ada kalanya kita harus menjadi manusia yang munafik. Karena pada dasarnya nurani kita sudah dapat melihat kebenaran. Karena tak jarang sesuatu yang dianggap lazim itu sebenarnya hal yang salah.

Stop, kemunafikan, karena kemunafikan pasti akan menghancurkan sendi-sendi keimanan kita. Dan jelas lah bahwa hati nurani harus tetap dijaga kesuciannya. Seperti kata Khuzaifah. Suatu saat orang munafik yang ada sekarang ini lebih kejam dari orang munafik jaman Rosullulah.

Saat itu, mereka menyembunyikan kemunafikan. Tapi orang munafik saat ini diperlihatkan terang-terangan. Mereka tidak segan-segan menunjukkan kesalahan, bahkan dengan beraninya bersumpah atau mendebat yang jelas benar

Mungkin kita juga pernah begitu dan kadang justru bangga berbuat salah dan membohongi teman atau diri sendiri. Meski kita tahu itu bodoh dan tak disukai Allah SWT. Semoga kita bisa kembali tetap menjaga hati nurani.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Artikel yang sangat mengingatkan. Semoga kita dapat kembali pada kesucian hati nurani, dijauhkan dari kemunafikan. Jazakumullah khoiron katsiro sudah mengingatkan. Salam sehat dan sukses selalu bunda. Barakallah.

26 Sep
Balas



search

New Post