Sesuatu yang dimulainya dengan mengharapkan sesuatu yang lain dari tujuan semula, pasti akan memberikan dampak yang tidak baik, karena tujuan yang diharapkan menjadi tersamarkan. Bila tujuan sudah tersamarkan, hasilnya pun tidak akan pernah maksimal. Bahkan bisa jadi gagal.

Dalam melakukan sesuatu, kembalikan semua pada niat semula. Walau memang sulit untuk tetap bertahan pada niat, bila dalam perjalanannya banyak hal yang menghadang. Keteguhan niat dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun psikologi seseorang. Ada kalanya karena kurang fit, niat yang sudah menggebu menjadi lemah. Selain itu rasa tidak suka sangat subjektif, sehingga sangat manusiawi bila mempengaruhi niat yang sudah terpatri.

Oleh karena itu, untuk dapat mempertahankan niat, kuncinya terletak pada ketulusan. Ketulusan itu sendiri sesuatu yang hanya ada di sanubari. Hanya mereka yang dapat mendengarkan hati nuranilah yang dapat memberikan ketulusan.

Ketulusan yang dikatakan akan hilang artinya. Ketulusan yang dipikirkan akan hilang keiklasannya. Padahal antara ketulusan dan keiklasan itu ibarat air dan gelas.

Sebagai manusia yang berhati dan secara fitrahnya adalah sebagai kafilah di muka bumi ini, sebaiknya selalu meneguhkan niat sesuai tujuan awal yang hendak dicapai. Karena bagaimanapun tugas manusia adalah berbuat kebaikan dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik. Kita harus dapat mempertahankan niat yang telah kita rencanakan dari awal, abaikan subjektifitas dan segala alasan yang lebih meminta pemakluman. Karena pada batas kemalasan, orang cenderung lebih giat mencari alasan dari pada menjalankan niatnya.

Semoga kita dapat selalu memegang teguh niat yang sudah ada, berusaha menanamkan ketulusan dan keiklasan dalam kondisi apa pun, kepada siapa pun.