Ada Yang Baru di Sekolah June ( Ke-1)
Ada Yang Baru di Sekolah June
Seperti angin segar ditengah sahara, atau seperti oasis di tengah gurun pasir . Atau terserah seperti apa kalian akan mendeskripsikan lega yang bercampur gembira. Begitulah yang dirasakan June saat mendapat kabar dari group WA nya. Ia tak ingin menimpali pembicaraan yang ada di group itu, yang jelas ia telah mengantongi kabar gembira.
“Wah sepertinya iklim di sekolah semakin sehat, tapi mungkinkah aku bisa merasakannya.” Bisik June dalam hatinya.
Ia sangat sedih, kondisi alam saat ini rasanya tak memungkinkan ia kembali ke sekolah dan beraktivitas seperti biasa. Karena untuk menuju kesana ia harus melewati sebuah kota yang dijaga ketat oleh polisi dan tentara. Tak sembarang orang bisa memasukinya.
“Bundaaaaa, aku bosan dikampung. Aku mau pulang lagi ke kota Metropolitan ” teriaknya sambil menangis.
“Kenapa sih, nak.” Begitu kata bundanya sambil menghampri June
Bunda aku mau balik lagi ke kota Metropolitan, aku kan harus selesaikan tesisku, rengek June.
Begitulah June kalau sama bundanya ia sangat manja. Padahal usianya sudah dua puluh tujuh tahun.
“Sabar June, kan kondisi lagi seperti ini.” kata bundanya menenangkan
“Bunda aku ga mau tau pokoknya aku harus kembali ke Kota Metropolitan.” kata June sambil memeluk erat bundanya.
“Yaudah kita sewa mobil ya, minta tolong sama Pakdhe Dalikun buat antar kamu kesana.
“Jauh Bunda, dua propinsi lho yang dilewati”
“Harganya pasti mahal. Terus aku juga ga punya surat surat yang harus dibawa jika memasuki kota tersebut”
“Nah itu kamu ngerti, terus maksudmu gimana? “Tanya bundanya dengan pasrah melihat sikap June yang selalu menjengkelkan
“Transportasi umum juga belum beroprasikan? kecuali kalau kamu naik sapunya Pipiyot hehehe, kata bunda mencoba mencairkan suasana
“Bunda aku serius. Bunda tolonglah bun. Ayo bun, tolong aku.”
“Makanya bunda sewa mobil Pakdhe Dhalikun ya? biarin ah mahal berapa sih, nttar bunda bayarin.”
“Sebenarnya ada apa sih disana? Bunda yakin bukan karena tesis. “
“Karena tesis bun, aku mau di DO”
“Ah, ga percaya. Sepeduli apa kamu sama pendidikanmu kok sampai sedih gitu.”
Ucapan bundanya membuat June semakin sedih, sebenarnya bukan hanya karena urusan tesisnya sih. Ada hal lain ditempat kerjanya. Ia pergi meninggalkan bunda dan menuju kamarnya. Disana June menangis lagi, isak tangisnya membuat bundanya panik.
Kali ini bundanya tak menghampiri June, ia tau saat ini June perlu solusi bukan sekedar dekapan.
“June, udalah nak, kok kayak ga punya tuhan gitu sih. Ga enak June didengar tetangga udah malem.” Kata bunda dari balik kamar June.
Isak tangisan June semakin terdengar jelas, bundanya tak tahan mendengar tangisnya. Akhirnya wanita itu memutuskan untuk pergi kerumah Mbah Maya supaya dapat bertemu dengan Pakdhe Dalikun, si empunya mobil yang biasanya menerima jasa antar jemput penumpang jarak jauh
Bunda menceritakan keperluannya kepada Mbah Maya. Ia ingin Pakdhe Dalikun anak Mbah Maya mengantar June ke kota Metropolitan.
“Aduh sayang sekali sepertinya Dalikun tidak bisa mengantar, ia lagi kurang enak badan.” Kata Mbah Maya.
“Eh tapi bentar deh, kemarin ada orang kesini mau sewa mobil tapi pakai sopir sendiri, denger –denger mau ke kota Metropolitan juga, si June ikutin aja.” Kata mbah Maya
“Oh gitu, sopirnya siapa? Itu penumpangnya siapa aja Mbah, terus pakai surat surat juga?”
Penumpangnya tiga, laki-laki semua jadi empat sama sopirnya. Tapi tenang aja semua orang baik baik . Karena mbah sudah kenal siapa mereka dan rumahnya dimana. kalau untuk surat itu urusan kecil, kata mbah maya sambil memetikkan jarinya ke atas
“Urusan kecil gimana mbah, lha wong sekarang itu mau masuk ke kota Metropolitan itu dija ketat. Kalau ga punya surat-surat ya pasti disuruh putar balik sama polisi.”
“Ahahahaha, kamu pernah dengar cerita tentang dahsyatnya jampe-jampe ga”
“Yuk,Yuk kok ya kamu ketinggalan cerita.”
“Sudah ratusan orang yang datang kemari untuk minta tolong dilancarkan urusannya dengan menggunakan modal jampe jampeku.”
Yayuk hanya diam melompong, wanita yang menjadi ibu biologisnya June benar-benar tak habis pikir, ternyata Mbah Maya seorang dukun. Ah bukan tak peduli dengan lingkungan sekitar, Yayuk memang jarang ngrumpi bareng tetangga. Maklumlah jika ia ga tau kalau Mbah Maya sekarang sudah jadi dukun
“Na’udzu billahimindzalik.” Ini sudah syirik. Batin Yayuk, ia tak mungkin menerima cara culas yang menyekutukan Allah. Apalagi semua penumpangnya laki-laki, June kan perempuan.
“Oh, gitu ya Mbah. Yaudah nanti saya tanya sama June ya, kalau saya terserah anaknya.” Kata Yayuk basa basi
“Ealah, kok malah tanya anaknya. Udah iyain aja, penawaran udah baik gini kok masih pakai tanya-tanya segala.” kata Mbah Maya sedikit geram
“Ia gampang lah itu mbah, nanti biar saya ngomong sama si June dulu, lagian sekarang udah hampir jam 00.00. mari mbah pulang dulu.”
Angin malam berhembus dingin, sisa-sisa rintikan air hujan dapat ia rasakan. Rupanya selama ia berbicang di rumah Mbah Maya hujan turun dengan deras. Anehnya didalam rumahnya Yayuk tidak mendengar suara hujan sama sekali. Sandalnya yang ia letakkan di depan rumah Mbah Maya juga basah terkena air hujan
“Cetet,cetet....’.
Begitu suara sandal basah Yayuk yang menyentuh sedikit genangan air dijalanan. Lumayan suaranya mengusir sepinya malam. Untuk sampai rumahnya Yayuk memerlukan jarak tempuh sekitar 300 meter. Wanita itu berjalan dengan agak cepat ia membayangkan bagaimana kalau tiba-tiba mbah maya muncul didepannya.
“Hiiiii,sereeemmm.” Batinnya
Sesampainya dirumah Yayuk langsung membuka pintu kamar June. Anak bungsunya telah tertidur pulas, kelopak matanya sembab, ujung hidungya tampak kemerah merahan. Itu semua akibat linangan air mata yang begitu banyak.
“Hmmm kasian sekali bungsuku. Tapi mau bagaimana lagi aku tak bisa menolongnya.” Pikir Yayuk.
“Gusti, kuserahkan semuanya kepadamu.” Pinta Yayuk dengan pelan.
Rasa ngantuk telah menguasai dirinya, iangin sekali ia berbaring disamping June, namun itu tidak mungkin. Kondisi saat inilah yang berbicara tentang jaga jarak
Seperti apakah ekspresi June esok hari, apakah maasalah dan rasa sedihnya telah hilang ditelan mimpi dalam tidurnya. Yayuk sama sekali tidak tau
“Selamat malam June.” bisik Yayuk sambil meninggalkan kamarnya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar