Latifatul Qolbiyyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
Budaya Positif

1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Keterkaitan antara modul 1.1, 1.2, 1.3, dan 1.4

a. Kesimpulan mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah

Seorang guru yang baik harus memiliki kemampuan dalam mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif tersebut dapat diciptakan dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, memahami motivasi perilaku manusia yang berkaitan dengan hukuman dan penghargaan, memahami posisi kontrol sebagai guru, pembuatan keyakinan sekolah/kelas, dan penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah.

Disiplin Positif

Disiplin positif merupakan cara penerapan disiplin dengan mengajarkan anak untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang telah diyakini. Disiplin positif mengajarkan kepada anak untuk berperilaku berdasarkan motivasi intrinsik tanpa adanya paksaan, hukuman, ataupun pujian.

Motivasi Perilaku Manusia

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada tiga motivasi perilaku manusia yaitu 1. untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2. untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3. untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Seorang guru harus memahami ketiga motivasi perilaku manusia. Hal ini bermanfaat supaya guru dapat menentukan perilaku murid berdasarkan salah satu dari kategori tersebut. Jika seorang siswa berperilaku untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman serta untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, maka siswa tersebut masih berada pada kategori motivasi ekstrinsik. Maka dari itu seorang guru harus mampu menumbuhkan motivasi intrinsik dari dalam diri siswa yaitu siswa berperilaku sesuai dengan yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Posisi Kontrol Seorang Guru

Berkaitan dengan posisi kontrol terdapat 5 posisi kontrol seorang guru, yaitu sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Berdasarkan kelima posisi kontrol tersebut sebaiknya seorang guru menerapkan posisi kontrol sebagai manajer. Posisi sebagai manajer adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid untuk mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi sebagai teman maupun pemantau. Namun pada waktu-waktu tertentu jika diperlukan, seorang manajer bisa memposisikan dirinya sebagai teman maupun pemantau. Di posisi manajer, lebih mengarah kepada restitusi di mana murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya maupun kebutuhan orang lain. Di sini yang ditekankan adalah guru dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.

Pembuat Keyakinan Sekolah/Kelas

Guru berperan dalam mewujudkan terbentuknya keyakinan sekolah/kelas bersama siswa. Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai kebajikan yang diterima secara universal yang ditulis dalam bentuk pernyataan yang mudah diingat, dipahami, dan diterapkan di sekolah/kelas.

Penerapan Segitiga Restitusi dalam Penyelesaian Masalah

Dalam menerapkan segitiga restitusi guru berperan sebagai manajer. Guru bersama siswa berupaya menyelesaikan masalah melalui 3 tahapan yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.

Keterkaitan antara materi budaya positif dengan materi-materi sebelumnya yaitu :

Filosofi KHD

Dengan menerapkan budaya positif di sekolah maka akan mempermudah tercapainya tujuan pendidikan nasional sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu mewujudkan pendidikan yang berpihak kepada murid dengan menerapkan semboyan Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani.

Nilai dan Peran Guru Penggerak

Budaya positif dapat terwujud jika seorang guru memiliki 5 nilai guru penggerak, yaitu berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan reflektif. Budaya positif pun dapat terwujud jika seorang guru dapat melakukan perannya sebagai guru penggerak yaitu sebagai pemimpin pembelajaran, mendorong kolaborasi, menjadi penggerak komunitas praktisi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan menjadi coach bagi rekan guru.

Visi Guru Penggerak

Salah satu perubahan sesuai dengan visi guru penggerak adalah terbentuknya budaya positif yang mampu menciptakan ekosistem pembelajaran yang aman, nyaman, dan berpihak pada murid dengan menciptakan prakarsa perubahan diri melalui pendekatan Inquiry Apresiatif - BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi). Prakarsa perubahan tersebut didasarkan pada filosofi Ki Hajar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila.

b. Refleksi pemahaman terhadap keseluruhan materi modul budaya positif

c. Pemahaman terhadap konsep-konsep inti yang telah dipelajari di modul 1.4 yaitu disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

Pemahaman terhadap konsep-konsep inti yang telah dipelajari di modul 1.4 telah dibahas pada poin a, namun yang perlu ditambahkan adalah mengenai kebutuhan dasar manusia. Terdapat 5 kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima (kebutuhan diterima), penguasaan (kebutuhan pengakuan atas kemampuan), kebebasan (kebutuhan akan pilihan), dan kebutuhan kesenangan.

Setelah saya mempelajari modul 1.4, terdapat hal yang menarik bagi saya dan di luar dugaan yaitu tentang sebuah penghargaan. Dari modul ini saya mendapatkan pelajaran bahwa penghargaan dapat menimbulkan dampak kurang baik bagi murid. Dampak tersebut antara lain dapat merusak hubungan, mengurangi kecepatan, menurunkan kualitas, mematikan kreativitas, bersifat menghukum, dan mematikan motivasi dari dalam diri (intrinsik).

d. Perubahan yang terjadi pada cara berpikir dalam menciptakan budaya positif di kelas/sekolah setelah mempelajari modul 1.4 adalah saya menyadari bahwa posisi kontrol yang biasa saya lakukan sebagai penghukum dan pembuat merasa bersalah harus ditinggalkan. Saya harus membiasakan diri untuk memposisikan sebagai manajer, yaitu mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah menggunakan segitiga restitusi.

e. Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul budaya positif adalah ketika saya menangani siswa yang terlambat dan bertengkar. Saya menggunakan langkah-langkah dalam segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.

f. Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut adalah saya merasa senang, termotivasi, dan tertantang untuk terus memperbaiki diri serta mengimplementasikan nilai-nilai budaya positif yang ada di sekolah.

g. Pengalaman dalam menerapkan konsep-konsep modul 1.4 mengenai hal yang sudah baik adalah sudah mulai munculnya motivasi internal dari dalam diri siswa untuk melaksanakan budaya positif sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakini. Sedangkan yang perlu diperbaiki adalah guru terus berupaya untuk memposisikan dirinya sebagai manajer baik untuk saya sendiri maupun teman sejawat yang ada di sekolah.

h. Posisi kontrol yang paling sering saya pakai sebelum mempelajari modul 1.4 adalah sebagai penghukum dan pembuat merasa bersalah. Perasaan saya saat itu selalu diliputi rasa penyesalan dan rasa bersalah, harus memberikan hukuman terhadap siswa yang melakukan kesalahan. Dan kejadian tersebut terus berulang.

Setelah saya mempelajari modul 1.4, saya mulai menerapkan posisi kontrol sebagai manajer dalam penyelesaian masalah. Berkolaborasi dan mengarahkan siswa untuk mencari solusi atas permasalahan sendiri. Perasaan yang saya rasakan adalah saya jauh merasa lebih tenang, lebih dekat dengan siswa, tanpa memiliki rasa bersalah yang berkepanjangan, dan mulai menyadari akan pentingnya menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab dari dalam diri siswa.

i. Sebelum menerapkan modul 1.4 saya pernah menerapkan segitiga restitusi. Namun hanya menggunakan dua tahapan saja.

j. Tahapan yang sudah pernah saya praktekkan yaitu menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah. Pernyataan yang muncul pada tahap menstabilkan identitas yaitu "semua orang pernah melakukan kesalahan". Sedangkan validasi tindakan yang salah pernyataan yang muncul yaitu "alasan mengapa melakukan hal tersebut".

k. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul 1.4, terdapat hal-hal lain yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif adalah membangun kolaborasi antara sekolah dengan seluruh warga sekolah. Yang terpenting adalah kolaborasi antara sekolah dengan wali murid. Agar budaya positif yang telah diterapkan di sekolah bisa ditindaklanjuti untuk diterapkan di rumah. Sehingga hal ini akan membentuk suatu kebiasaan atau karakter positif yang bisa diterapkan siswa di lingkungan manapun hingga mereka hidup di masyarakat nantinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post