Misteri Free Throw
Sepatutnya free throw mudah dilakukan. Tembakan bebas dalam bola basket ini tanpa penjagaan, dari jarak yang dekat pula (4,57m). Seharusnya peluang masuknya mencapai 100%. Namun itu tak pernah tercapai. Misteri apa yang hadir saat melakukan tembakan hukuman ini?
Dalam sebuah pertandingan, satu tim bisa mendapat hadiah free throw (tembakan bebas) 10-30 kali. Setiap satu tembakan bebas dihitung 1 angka. Jika seluruh kesempatan free throw berhasil dimasukkan, skor sebuah tim akan bertambah sejumlah free throw yang diperolehnya.
Pada sebuah pertandingan, tim-A kalah dari tim-B dengan skor 68-74. Selisih kekalahan hanya 6 angka. Saat pertandingan tim-A mendapat hadiah free throw 20 kali. Tetapi yang masuk hanya 8 kali (40%). Artinya, tim-A telah menyia-nyiakan 12 angka. Seandainya, tim yang kalah ini bisa memasukkan free throw lebih banyak lagi (misalnya tambah 7), maka kemenangan akan diraih oleh tim-A.
Apakah yang menyebabkan kegagalan melakukan free throw? Apakah karena kurang latihan? Apakah persentase dalam latihan juga kurang? Atau, peserta latih sepele dengan pelaksanaan free throw? Apakah karena kepercayaan diri yang berlebih? Mungkin nervous karena tekanan penonton? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terus berkelindan mencari jawaban pasti misteri free throw ini.
Pemain sekelas Rick Barry, Malcom Brogdon, Paul George, Kyre Irving maupun Kawhi Leonard saja masih sering miss dalam melakukan free throw. Padahal mereka telah melakukan latihan berulang-ulang serta analisis gerakan yang berbasis sport science. Lantas, apalagi penyebab kegagalan free throw?
Secara teori, untuk meningkatkan teknik tembakan free throw, latihlah teknik gerakan itu dengan benar. Dilatih dari gerakan yang mudah, sedang, hingga sukar. Latihan dilakukan terus menerus, agar gerakan menjadi otomatisasi. Sebagian besar GOR basket menyediakan ring tambahan di sisi lapangan. Gunanya untuk melatih free throw peserta latih, agar repetisinya bertambah.
Persoalannya, lapangan basket di sekolah hanya 2 buah. Tentu durasi latihan akan tersedot, karena antrian peserta latih yang akan melakukan free throw. Lantas, solusinya gimana? Kalau latihan free throw diprioritaskan demi mengejar repetisi, maka bagian latihan lainnya akan teramputasi. Tim harus berlatih defense, offense, transisi, in-bound, situasional game dan lain-lain. Menu latihan ini akan terpangkas jika hanya memaksimalkan latihan free throw. Menambah ring sebenarnya solusi terbaik. Namun akan berbenturan dengan budget dan izin dari sekolah.
Benar bahwa teknik basket akan bisa meningkat dengan latihan yang berulang. Tapi jangan pula karena mau meningkatkan repetisi free throw mengabaikan aspek latihan lainnya. Maka perlu bentuk latihan alternatif yang dapat meningkatkan repetisi namun tidak juga memangkas beban latihan lainnya.
Salah satu bentuk latihan alternatif yang bisa membantu meningkatkan repetisi latihan free throw adalah latihan imajiner. Latihan imajiner adalah latihan yang dilakukan di luar latihan nyata, dengan membayangkan gerakan latihan sebenarnya. Latihan imajiner dapat dilakukan dipinggir lapangan, di rumah, bahkan di mobil.
Dari beberapa hasil penelitian, latihan imajiner dapat disejajarkan dengan 50% dari repetisi latihan nyata. Misalnya peserta latih berlatih imajiner free throw di rumah sebanyak 100 repetisi. Itu sama dengan melakukan latihan nyata sebanyak setengahnya. Dengan catatan pemain yang berlatih imajiner, telah tuntas menguasai teknik gerakan free throw.
Latihan imajiner akan meningkatkan konsentrasi. Karena saat melakukan latihan imajiner, peserta latih berposisi duduk sambil memejamkan mata lalu membayangkan gerakan free throw. Upaya untuk fokus membayangkan gerakan free throw, telah membantu meningkatkan konsentrasi peserta latih.
Bukankah free throw membutuhkan akurasi? Bukankah akurasi memasukkan bola ke ring berdiameter 45 cm membutuhkan konsentrasi? Apakah gerakan teknik free throw yang sudah otomatisasi tidak membutuhkan konsentrasi?
Latihan imajiner bermanfaat ganda. Selain dapat meningkatkan repetisi, juga akan meningkatkan konsentrasi. Sering pada situasi pertandingan, saat waktu menyisakan 0,5 detik dengan skor 67-68. Tim yang tertinggal mendapat kesempatan free throw 2 kali. Pelatih mengambil time-out untuk memberi kesempatan baginya untuk memberikan penguatan kepada pemain yang akan melakukan free throw. Biasanya, setelah pengarahan, kata-kata yang keluar dari coach adalah “Fokus...fokus...fokus...!”
Waktu time-out telah berakhir. Pemain yang akan mengeksekusi free throw berjalan dengan penuh keyakinan menuju garis free throw. Pemain lainnya mengambil posisi di blok dan luar three points. Sorak-sorai penonton menggemuruh. Suporter berharap-harap cemas. Jika kedua bola berhasil dimasukkan timnya akan menang. Jika hanya satu bola yang masuk akan over time. Jika kedua bola gak masuk timnya akan kalah.
Pada situasi ini, ketenangan sangat dibutuhkan. Pemain yang sudah berpengalaman sekalipun akan mengalami ketegangan yang serupa. Pemain yang mampu menjaga konsentrasilah dapat menaklukkan ketegangan ini. Ia akan mengabaikan sorakan penonton, provokasi lawan, ketertinggalan skor maupun ekspektasi pelatih dan rekan satu tim.
Latihan imajiner sedikit menguak misteri free throw. Walaupun mungkin banyak instrumen lain yang dapat menjawabnya. Siapa pernah mencoba?*
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kuncinya, harus tenang dan fokus saat melakukan free throw...ya...Pak Guru era 4.0...? Jazakallah khoir untuk tulisan sarat informasi ini. Salam sehat, bahagia dan sukses selalu. Barakallah..., Pak Guru era 4.0.