Melihat Langsung Proses Penyadapan Nira
Sebagai auditor makanan dan minuman halal tidak boleh hanya menerima laporan dari agen pengumpul nira aren semata. Karena auditor orang yang paling bertanggung jawab tentang kehalalan satu produk, yang akan dikeluarkan sertifikat halalnya.
Mengapa auditor orang yang paling bertanggung jawab tentang suatu produk yang akan dikeluarkan label halalnya? Karena auditor orang yang ditugaskan oleh LP POM MUI untuk melihat langsung proses di lapangan, bahkan sampai ke pohon arennya.
Layakkah suatu produk itu dikeluarkan sertifikat halalnya atau tidak oleh lembaga yang berkompeten seperti MUI?
Jika prosesnya tidak sesuai standart minimal yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang mengauditnya, maka sertifikat halal tidak bisa diberikan.
Dalam hal pemberian serifikat halal untuk nira, harus dimulai dari bagaimana nira itu diproses.
Ternyata pohon aren itu ketika berbunga memiliki dua macam bunga. Bunga yang paling atas biasanya menjadi buah apabila diambil waktu masih muda. Itulah yang menjadi makanan pavorit, yang biasanya dibuat manisan ataupun campuran kolak dan es. Ketika bulan puasa tiba makanan ini menjadi menu yang paling disukai, itulah kolang kaling.
Kemudian, bunga yang keluar dari batang biasanya menurun sampai batang yang paling bawah. Bunga inilah yang diayun sebelum disadap. Ayunan ini seperti menina bobokkan anak bayi dengan rentang waktu tiga bulan lamanya.
Setelah bunganya memecah barulah dipotong tangkainya kemudian mengalirlah air dari tangkai jika dimasukkan kedalan jerigen tanpa dicemari benda lain kecuali kulit manggis. Air itulah yang disebut nira.
Mengapa kulit manggis yang dimasukkan? Ternyata kulit manggis memiliki khasiat untuk memperlambat nira berubah menjadi air bening yang rasanya asam (air cuka).
Jika di dalam jerigen langsung dimasukkan laru sejenis kulit kayu manis, maka air nira itu langsung berubah menjadi minuman yang memabukkan (tuak).
Begitu juga tuak yang memabukkan itu bila dibiarkan beberapa hari di dalam tempayan, tuak itu akan berubah menjadi air asam atau cuka.
Kemudian bisa dikonsumsi karena sudah hilang kadar alkoholnya. Kembali kepada hukum asal yaitu asalnya adalah nira.
Bika Ambon yang proses produksinya dicampur air nira maka bika ambonnya halal.
Jika prosesnya dicampurkan tuak maka bika ambon itu haram hukumnya dikonsumsi. Karena bercampur antara yang halal dengan yang haram. Jatuhlah hukumnya haram.
Untuk menentukan nira itu asli atau tidak, tidaklah cukup auditor hanya menerima informasi dari pengumpul nira tanpa melihat secara langsung bagaimana prosesnya.
Dengan melihat proses penyadapan pohon nira secara langsung, auditor bisa menceritakan kepada sidang Komisi Fatwa tentang proses pengambilan nira.
Dari hasil tanya jawab secara detail antara auditor yang melihat langsung prosesnya dan Komisi Fatwa sebagai pengujinya. Komisi Fatwa mendapat informasi yang lengkap sebagai masukan untuk memberikan pertimbangan. Apakah nira aren layak diberikan sertifikat halal atau tidak.
Semua ini dilakukan LP POM MUI Medan untuk melindungi konsumen agar tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak halal secara syar'i.
Wallahu 'alam bisshawab wailallahi turjaul umur.
Kantor MUI Kota Medan, 12 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waduh, Abah hati-hati. Tapi memang harus seperti itu agar didapat data akurat, hingga hasilkan putusan yang akurat pula. Teruntai doa untuk Abah semoga Rahmat Allah terlimpah untuk kesehatan Abah dan barakallahu fiik
Seharusnya tidaklah sampai manjat, tapi rasanya tidak puas kalau tidak ikut manjat. Sehat selalu Ibu Siti Barakallah