Leni Cahya Pertiwi

Leni Cahya Pertiwi, S.Pd adalah seorang guru di MTs Lempur Kec. Gunung Raya, Kab. Kerinci, Jambi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bon Hiroshima
Sumber : Anonim

Bon Hiroshima

Bu Ratna tersenyum kecut melihat pesan yang masuk ke WA-nya. Foto sebuah warung kecil dengan tulisan yang mengundang senyum, "Tidak melayani BON. Hiroshima hancur karena BOM, toko hancur karena BON".

Tulisan itulah yang membuat senyum Bu Ratna menjadi kecut. Bukan karena dia suka ngebon atau punya warung yang suka dibon pelanggan.

Pesan sebelum foto itu yang menjadi soal.

{Yu, saya belum gajian selama dua bulan}

{Nanti akan dirapel tiga bulan}

{Dua bulan lalu saya minjam duit Yu Neneng}

{Bulan kemaren minjam sama Yu Sari}

{Bulan ini ga tahu minjam sama siapa. Sama Mba Yu aja ya}

{Di warung 'ga boleh bon. Kejam Yu}

Lalu muncullah foto bertuliskan Bom Hiroshima itu.

Pesan itu datang dari Udin, seseorang yang sudah dianggap keluarga oleh suaminya. Dulu, sewaktu masih bujangan, suaminya sering menginap di rumah orangtua Udin. Hingga saat ini, suaminya masih sering berkunjung ke rumah Wak Leman bapak Udin.

Bu Ratna jadi pusing. Mau ditolak ga enak. Lha wong kalau dikabulkan dia tak punya alokasi dana untuk dipinjamkan. Piye iki?

Pulang dari sekolah tempatnya mengajar, Bu Ratna lapor ke suaminya soal Udin yang mau pinjam duit. Bukannya dapat solusi, dia makin pusing.

"Sudah, kasih saja. Kasian dia Bu. Paling bulan depan juga dibalikin." Suaminya memang gampang merasa iba. Tak heran dia sering dimanfaatkan orang-orang yang dekat dengannya. Dia orang yang tidak tegaan. Semua hal selalu diibaratkan dengan dirinya.

"Coba kalau Bapak yang sedang kepepet seperti itu, apa Ibu tidak kasihan?" Bu Ratna diam seribu bahasa. Percuma menjawab, nanti pasti bakal kena perintah transfer juga.

Setelah menimbang-nimbang dengan matang. Memikirkan segala kemungkinan terburuk, Bu Ratna akhirnya mengeluarkan ponsel dari tasnya. Dia terlihat mengetik pesan.

{Kamu butuh berapa?} Tanyanya melalui WhatsApp. Tak lama terlihat Udin sedang mengetik di layar ponselnya.

{Dua juta, Yu} lalu dia menambahkan emot dua tangan bersatu di dada, terlihat seperti memohon. Bu Ratna lumayan terkejut melihat jumlahnya. Dua juta bukan jumlah yang sedikit. Bu Ratna menghampiri suaminya, meminta pertimbangan dan persetujuannya.

"Kalau kamu punya, berikan saja. Toh bulan depan bakal dikembalikan juga."

"Aku berikan separuh saja ya, Pak? Nanti kalau merasa kurang, dia pasti bakalan minjam lagi" Bu Ratna mencoba menawar, suaminya tak mengangguk tapi tak juga menggeleng. Itu artinya dia setuju.

{Mba Yu hanya bisa bantu sejuta ya. Mudah-mudahan cukup kalau kalian berhemat. Nanti kalau sudah gajian, jangan lupa bayar hutangnya}

{Baik Mba Yu. Mudah-mudahan cukup. Terima kasih Mba.}

Loged, 04022022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bonnya. Semoga sehat selalu Bunda.

05 Feb
Balas

Keren judulnya fantastis bunda. Sukses selalu

05 Feb
Balas

Hehe bon ya bun, semoga selalu sehat dan sukses.

04 Feb
Balas

Hehehe iya Bu. Salam sukses juga. Semoga bisa lolos dapat piagam biru.

04 Feb



search

New Post