Leni Cahya Pertiwi

Leni Cahya Pertiwi, S.Pd adalah seorang guru di MTs Lempur Kec. Gunung Raya, Kab. Kerinci, Jambi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Brem dari Madiun
Foto : dokumen pribadi

Brem dari Madiun

Pagi ini saya dikagetkan oleh sebuah telpon tanpa nama. Ketika saya angkat terdengar suara dari seberang,

{Assalamualaikum Bu, ibu ada di rumah?} Suara laki-laki yang tidak saya kenali. Tanpa basa-basi saya langsung tanya siapa dia dan apa maksudnya.

{Saya dari pos, Bu. Sekarang di depan rumah ibu} ealah, saya pikir telpon nyasar. Setelah menutup telpon, buru-buru saya cari jilbab lalu berlari ke depan. Pak Pos harus disambut dengan senyum, pasti ada sesuatu yang diantarnya.

Benar saja, sebuah paket berukuran kira-kira 20 x 15 cm diserahkan Pak Pos. Dengan senyum manis saya sambut paketnya, tak lupa mengucapkan terima kasih. Pak pos yang mengenakan helm dan masker mengangguk ramah, entah tersenyum atau tidak, soalnya wajahnya nyaris tak terlihat.

Segera paket saya bawa masuk. Dengan langkah lebar saya kembali ke ruang keluarga. Pak Su yang sedang memandang keluar jendela melirik sekilas saat saya membuka paket. Trala, sebuah kalender duduk dan sekotak brem.

Alhamdulillah, paket dari seorang teman di Madiun. Bu Sri Rohmatiah, istri Agus Yusuf, pelukis difabel yang melukis dengan mulut dan kakinya. Mak Sri, demikian kami memanggilnya, saya kenal di salah satu kelas menulis yang saya ikuti. Beliau seorang kompasianer. Tulisannya sudah ratusan di Kompasiana, dan sering menjadi artikel utama. Kalau beliau guru mungkin sudah bergabung di Gurusiana.

Kembali ke paket, saya belum pernah makan brem. Jadi, sebelum sesuatu yang aneh terjadi, saya mencoba mencari tahu tentang brem. Dari Wikipedia saya tahu, ternyata brem berasal dari ketan yang telah difermentasi dan dikeringkan. Cara makannya pun mudah, tinggal masukkan ke mulut, taruh di lidah, lalu biarkan dia mencair dan rasakan sensasi semriwingnya. Paksu yang saya tawari ikut menikmati sensasi brem asal Madiun. Kalender dan brem gratis pagi ini membuat mentari terlihat lebih indah.

Semoga suatu saat saya berkesempatan berkunjung ke Madiun, agar bisa menikmati semriwing brem di daerah asalnya. Salam semriwing. Semangat pagi.

Loged, 08022022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasan kulinernya, Bunda. Salam literasi

08 Feb
Balas

Terima kasih Pak Dede. Salam literasi.

08 Feb

Selamat menikmati kuliner khas kota Madiun, saya juga siap menerima kiriman kuliner , Barokallah Bu Leni Cahya

08 Feb
Balas

Terima kasih Pak Syaihu. Kalo kuliner sih siapa saja suka kayanya. Kuliner enak dijadikan santapan, bagus dijadikan tulisan, hehehe. Wa fiika barakallah Pak.

08 Feb
Balas

Asyik dapat rezeki. Bagi2 Bund hehehee. Keren ulasannya. Slm literasi

09 Feb
Balas

Semoga suatu saat saya berkesempatan berkunjung ke Madiun, agar bisa menikmati semriwing brem di daerah asalnya, yes betul, brem memang lezat, makanan favorit saya dan anak saya yang kecil. Semoga selalu sehat dan sukses.

08 Feb
Balas



search

New Post