Leni Cahya Pertiwi

Leni Cahya Pertiwi, S.Pd adalah seorang guru di MTs Lempur Kec. Gunung Raya, Kab. Kerinci, Jambi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hujan Itu Anugrah, Bukan Musibah
Ilustrasi hujan (istockphoto.com via liputan6.com)

Hujan Itu Anugrah, Bukan Musibah

Hujan Itu Anugrah, Bukan Musibah

"Assalamualaikum," suara cempreng itu berbarengan dengan bunyi ketukan di pintu. Tanpa menunggu jawaban, Zera membuka pintu lalu langsung masuk rumah. Pakaiannya sedikit basah, kantong kresek hitam di tangannya diserahkan pada Mama.

"Ini Ma, deterjennya. Di warung Bu Nina deterjennya habis, Zera beli di warungnya Bu Wiwin. Eh, pas Zera pulang hujan turun, jadi basah deh." Bibir mungilnya menyunggingkan senyum tipis.

"Kamu sengaja lambat-lambat biar bisa main hujan, kan?" Mama menebak.

"Hehehe, Zera ga sengaja kok Ma," jawabannya kurang meyakinkan.

"Ya, sudah kalau kamu mau main hujan di halaman belakang saja, sekalian pindahkan beberapa pot tanaman hias Mama yang kecil-kecil itu, buat dia ikut hujan-hujanan biar segar." Mata Zera melotot tak percaya.

"Benar Ma? Mama ga takut Zera sakit?"

"Mainnya ga usah lama-lama, insya Allah ga sakit. Hujan itu berkah, bukan membawa penyakit"

Zera mengikuti Mama ke halaman belakang.

Beberapa tanaman yang ditunjuk Mama segera dipindahkan ke tempat yang terkena hujan. Zera melakukannya dengan gembira.

Sesekali dia berlari ke pancuran di pojok, membiarkan punggung dan kepalanya merasakan pukulan air yang cukup keras. Mama menghentikannya ketika corong mikrofon di masjid memperdengarkan murottal surat Al Mulk. Tak terasa sebentar lagi azan salat asar akan dikumandangkan.

"Mandi hujannya sudah ya, kamu sekalian wudhu dulu. Ini handuknya, lap badannya sampai kering," Mama menyodorkan handuk coklat padanya.

Setelah mengganti bajunya, Zera duduk di sofa ruang keluarga. Dia menempelkan badannya pada Mama, mencari kehangatan.

"Dingin ya?" Zera menganggukkan kepalanya. Mama meraih pundaknya, memeluknya penuh kasih sayang.

"Ma, kata nenek hujan itu air mata Tuhan. Apa Tuhan sedang sedih?" Matanya yang bening menatap mata Mama.

"Tuhan kita Allah tidak sama dengan manusia, nak. Dia tak pernah bersedih, apalagi menangis. Hujan adalah salah satu Rahmat Allah. Dengan hujan, tanaman yang kering di musim kemarau kembali segar." Mama membelai rambut Zera yang masih basah.

"Allah menumbuhkan tanaman di musim hujan. Itulah mengapa petani memindahkan bibit ke lahan pertanian saat musim hujan, agar tanamannya tumbuh segar dan sehat. Kalau hujan menyebabkan banjir, itu karena ulah manusia itu sendiri yang semena-mena pada alam. Menebang pohon sesukanya." Kepala Zera terkulai di tangan Mama. Rupanya dia terlelap. Azan Asar terdengar, Mama Membangunkan putri kesayangannya, memintanya melaksanakan salat.

Loged, 20012022

#Gurusiana 365, hari 9

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen ulasannya Uni. Sukses selalu

21 Jan
Balas

Terima kasih Pak Bur. Sukses juga buat guru gokil, hehehe.

25 Jan



search

New Post