Lenny Nurcahaya Purba

Guru SDN 173100 Tarutung...

Selengkapnya
Navigasi Web

Rindu Untuk Ayah

Sepeda motor astrea 800 merah selalu terparkir di gerbang sekolah menunggu bel pulang berbunyi. Tubuh Ayah yang tidak muda lagi berdiri sambil sesekali melihat beberapa guru dan murid-murid berhamburan pulang. Sekilas baju kotak biru berjalan cepat menghampirinya. Senyum Ayah membuat hariku menjadi indah. Aku selalu merasa aman saat Ayah memboncengku. Setiap pagi maupun setelah sekolah usai, Ayah dengan kasih sayangnya memboncengku dengan sepeda motornya. Ayah bekerja di sekolah kejuruan sebagai pegawai tata usaha. Berbeda dengan diriku yang bekerja sebagai guru di sekolah dasar. Jarak sekolahku dengan ayah hanya 200 meter di Jalan Merdeka.

Tak jarang Ayah membawaku makan siang ke rumah makan khas daerahku. Bungkusan lauk untuk Mama juga tidak pernah dilupakan. Walaupun hanya sekali sebulan, tapi aku sangat menikmatinya. Aku tidak pernah merasa kekurangan jika bersama Ayah. Jika Mama memarahiku, Ayah pasti membelaku. Senyumnya yang sejuk mendamaikan hatiku.

Hingga suatu hari, ketika aku mau mandi Ayah belum bangun. Biasanya Ayah sudah duduk di meja makan sambil minum kopi. Memang Ayah bukan tipe orang yang sarapan nasi seperti yang kami lakukan. Secangkir kopi cukup sebagai sarapan. Aku mencarinya ke kamar. Saya melihat Ibu menangis sambil memijit tangan Ayah. Ayah tidak membuka matanya. Aku memeluknya sambil menangis. “Bu, kenapa Ayah?," Tanyaku pada Ibu. Ibu hanya menangis dan membelai rambutku. Bidan di samping rumahku segera masuk dan memeriksa Ayah. Dengan suara pelan dan mata berair bidan mengatakan, bahwa Ayah telah pergi. Aku menjerit memanggil Ayah. Mengguncangkan tubuhnya yang sudah tidak bernafas. Baru semalam kami pulang bersama. Saat itu Aku tetap menangis, walau pun Ayah sudah di dalam tanah. Aku memandangi pusaranya sambil berlinang air mata. Seperti malam ini, aku tetap berlinang air mata melihat fotomu saat wisudaku dulu. Ayah memegang bahuku dengan senyum yang begitu tulus. Ayah, aku sangat merindukanmu. Rindu yang tidak akan ada habisnya. Bulan terang penghias malam, sampaikan rinduku pada Ayah terkasihku. Rindu yang teramat dalam akan kasih seorang Ayah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post