Lenny Nurcahaya Purba

Guru SDN 173100 Tarutung...

Selengkapnya
Navigasi Web
SIP
Tantangan Menulis

SIP

Pengumuman online penerimaan peserta didik baru sudah bisa diakses mulai Pukul 24.00 hari Sabtu. Akan tetapi beberapa sekolah tetap menempelnya di papan pengumuman. Riffi dinyatakan lulus. Seperti mendapat durian runtuh, Riffi bersorak gembira. Kegembiraanya dituliskan pada status WA pribadi. Maklum semenjak ada zonasi, masuk ke sekolah negeri menjadi sebuah kebanggan. Dari 144 orang yang diterima, Riffi berada di urutan ketiga. Wajahnya yang bulat menampakkan keceriaan. Setelah melihat namanya, Riffi berpindah ke papan pengumuman yang lain untuk melihat jadwal daftar ulang dan pengenalan lingkungan sekolah (PLS). Riffi pulang dengan wajah yang tetap tersenyum. Seandainya ada orang yang memperhatikannya pasti disebut kurang waras. Hahaha.

Hari pertama PLS, Riffi bersiap dengan semua perlengkapan yang dipersyaratkan. Ibunya mengingatkan agar memeriksa barang bawaannya. Dengan mematuhi Ibunya, Riffi pun berangkat. Tidak lupa pamit dan menyalam kedua orang tuanya. Sesampainya di gerbang sekolah, Riffi mengucapkan kata semangat. Dan berdoa semoga sekolah ini menjadi jalan baginya menuju PTN yang diimpikan. Beberapa temannya alumni SMP memilih sekolah yang sama. Mereka akrab dan sesekali terdengar suara tawa. Karena masih hari pertama, semuanya hanya mencari teman alumni SMP.

Di halaman sekolah tampak beberapa orang berseragam merah. “Itu pasti kakak kelas”, pikir Riffi. Mereka terlihat gagah. Bel berbunyi, kami dipanggil berbaris oleh orang berseragam merah. Dan dari pengumuman guru panitia PPDB merkea adalah kakak kelas. Masing-masing berbaris pada kelompok yang sudah ditentukan. Riffi berada pada kelompok 1 dari 7 yang ada. Dan 5 orang berseragam merah sebagai pendamping kelompok. Setelah upacara pembukaan selesai, semua kelompok dipandu oleh kakak kelas. Berbagai informasi mengenai sekolah dan permainan semangat diberikan. Tiga hari berlalu dengan penuh semangat. Di hari keempat, PLS akan ditutup dengan upacara. Kabar baiknya akan diumumkan kelompok terbaik. Waktu yang ditunggu pun tiba. Satu persatu kelompok terbaik diumumkan, yang dimulai dari urutan ketiga. “Terbaik pertama adalah kelompok satu”, seru Kepala Sekolah. Dengan gaya refleks Riffi melompat dan memeluk kakak kelas yang di sampingnya. Dengan wajah memerah, Riffi meminta maaf. Hatinya campur aduk antara malu dan senang.

Sebelum tidur, Riffi mengingat kejadian tadi siang. Hari senin nanti bisa saja menjadi topic tranding. Rasanya hari senin tidak perlu ada. Riffi menutup wajahnya dengan bantal. Suara Ibunya dari dapur membuatnya terbangun, Jangan sampai ‘suara merdu’ Ibunya berada pada oktaf ketiga. Setelah melakukan peregangan otot dan minum air putih. Riffi mengambil handuk.

Sesampaianya di sekolah, kelas sudah ramai. Semua kursi sudah berisi kecuali yang di depan dekat jendela. Kursi yang tidak disukainya, karena langsung berhadapan dengan ruangan musik. Setiap hari Riffi harus melihat kakak kelas yang dipeluknya. Kelas Riffi yang berdekatan dengan kantor guru. Mau tak mau dia harus duduk di kursi itu. Riffi jarang keluar dari kelas. Dia masih malu, karena kejadian itu.

Pada saat daftar ulang, sekolah menanyakan hobbi. Riffi memilih musik sebagai hobbinya. Sesuai program sekolah, hari Jumat adalah kelas hobbi. Kelas ini berlangsung selama 3 jam pelajaran. Dengan sedikit was-was Riffi menuju kelas hobbi. Mata roriffi terbelalak, ternyata kakak kelasnya juga hobbi musik. Dan kursi yang tersisa juga hanya satu. Persis di samping kakak kelasnya. Riffi ingin kembali ke kelasnya,. Akan tetapi guru kelas hobbi sudah datang. “Namaku Firgo”, kata Kakak kelasnya. Dengan menunduk dan suara gagap, Riffi hanya mengucapkan namanya. Firgo tersenyum geli melihat Riffi yang selalu menunduk malu. Dengan suara berbisik, Firgo menjelaskan bahwa tidak ada yang mengejeknya dengan kejadian hari itu. Bahkan tidak ada seorang pun yang pernah membicarakannya. Riffi menarik nafas panjang. Dia bersyukur. Kini dia kembali menata semangatnya. Ternyata selama ini dia hanya baperan. Akhir semester hampir usai. Sekolah mengadakan kegiatan pentas kelas hobbi. Satu kelas, satu pertunjukan.

Latihan demi latihan dilakukan usai jam pelajaran. Pertunjukan musik menjadi favorit dari beberapa acara yang ada. Tak jarang guru dan siswa ikut bergoyang. Latihan selama seminggu terbayar dengan tepuk tangan yang gemuruh.

Firgo menarik tangan Riffi ke samping pentas. “Riff, nanti kita pulang bersama ya”, pinta Firgo. Riffii mengiyakan dengan senyum. Setelah peralatan dibereskan, guru pun mengizinkan semua pengisi acara pulang. Dalam perjalanan pulang, Firgo mengutarakan isi hatinya. Sebenarnya sejak pendampingan PLS, Firgo menaruh hati pada gadis ceria itu. Rasa itu semakin tumbuh tak kala Riffi tak sengaja memeluknya. Kelas hobbi makin memberi pupuk pada pertumbuhannya. Setiap hari Firgo memperhatikannya. Firgo menilai Riffi pribadi yang ceria, smart dan penuh semangat. Riffi juga merasakan hal yang sama. Dia merasakan degup jantungnya berdegup kencang tak kala Firgo memetik gitar listriknya. Tapi Riffi tidak berani untuk memelihara rasa itu. Ibunya akan memperdengarkan ‘suara merdu’nya selama berjam-jam. Hanya angin yang tahu, kapan Ibunya berhenti. “Aku juga merasakan hal yang sama denganmu, Kak”, sahut Riffi. Hanya saja aku belum ada SIP. Surat izin Pacaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post