Lenti Yudarna

Lenti Yudarna, lahir disebuah desa kecil yang bernama Sungai Patai, kecamatan Sungayang, Kab. Tanah Datar pada tanggal 21 Oktober, 39 tahun yang lalu. Se...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hidayah Di Kota Serambi Mekah

Hidayah Di Kota Serambi Mekah

Cerita ini adalah pengamalam pribadi penulis. Penulis ingin berbagi pada semua pembaca, semoga bisa bermanfaat

Tak ingin bersekolah di sekolah yang baru akan dibangun di pusat kecamatan dengan gedung yang belum ada namun hanya ada hibah tanah untuk dibangun sebagai sebuah sekolah setingkat SLTA. Untuk proses pembelajaran sementara berganti sift dengan siswa SD di gedung SD tersebut. Penulis melarikan diri ke kota tetangga kebetulan orang tua dapat informasi, SMA 1 Padang Padang Panjang tahun itu membuka jalur tanpa rayon. Tanpa membuang waktu penulis mendaftar di sekolah tersebut, satu tahun lamanya seorang gadis remaja usia 15 tahun ‘ngekost karena asrama masih dalam proses perbaikan dan persiapan.

Keputusan besar ini yang kemudian menjadi sejarah besar bagi penulis. Pertama menginjakkan kaki di Kota Padang Panjang, penulis melihat begitu banyak gadis remaja dan ibu-ibu yang berbusana muslim lengkap dengan jilbab yang rapi diatas kepala. Tahun 1997 jilbab masih jarang dipakai oleh wanita muslim. Tidak sama seperti sekarang ini. Dengan mencari tau penulis mengerti karna itulah Kota Padang Panjang dijuluki sebagai Kota Serambi Mekah. Terbersit dalam hati ingin juga rasanya untuk memakai pakaian yang memang seharusnya dipakai sebagai seorang wanita muslim.

Ditahun kedua bersekolah di SMA 1 Padang Panjang, penulis memberanikan diri merubah penampilan, memakai jilbab ke sekolah dan juga berusaha untuk tetap memakainya jika berada di rumah. Perubahan ini yang penulis anggap sebagai sebuah hidayah besar dari Kota Serambi Mekah. Ditahun kedua itu penulis sudah tinggal di asrama sekolah. Ada ustad yang membimbing kegiatan keagamaan di malam hari setelah Magrib sebelum Isha juga sesudah sholat Subuh. Begitu banyak ilmu agama yang penulis serap dari ustad dan teman-teman. Penulis yang dulunya hanya tau denga sholat fardu, mengaji ala kadarnya saat itu mendapat tempaan ilmu agama yang begitu banyak mulai dari perbaikan pengetahuan tentang akidah, fiqih, siroh, hadis-hadis nabi dan banyak lainnya. Alhamdulillah.

Ramadhan pertama di asrama, tadarus ditingkatkan semua bersemangat melantunkan ayat-demi ayat dalam mushaf masing-masing. Sebelum libur ustad mengingatkan agar menamatkan Al-Qur’an selama ramadhan ini. Penulis hanya bisa melongo seperti kerbau dungu, Bagaiman bisa Al-Qur’an yang setebal itu lebih dari 600 halaman bisa ditamatkan dalam satu bulan, mana lagi puasa juga.

Libur lebaran usai, kembali keasrama, dimalam pertama usatd menayakan siapa-siapa yang khatam Al-Qur’annya lebih dari satu kali, ada beberapa orang yang mengacungkan jari, katanya khatam dua kali dan sekarang sudah juz belasan. Ada juga yang khatam satu kali tapi saat ini sudah juz dua puluhan. Mendengar itu mulut penulis hanya menganga, bagaimana bisa?. Diakhir tanya jawab dengan ustad, ustad menjelaskan bagaimana caranya agar bisa khatam selama Ramadhan.

Caranya adalah one day one juz, satu hari satu juz. Setiap juz terdiri dari 10 helai, maka setelah sholat wajib baca minimal 2 helai Al-Qur’an. Saat mendengar penjelasan ustad trsebut penulis tak lagi menganga tapi mengguk-mangguk sendiri dan dalam hati berkata ‘ooo, gitu toh caranya’ dan langsung ingin membuktikan apakah iya satu juz itu terdiri dari 10 helai, ternyata rata-rata iya. Tambah lagi ilmu penulis tentang Al-Qur’an. Penulis patri ilmu itu dihati tak sabar rasanya untuk mencobanya di Ramadhan tahun selanjutnya.

Alhamdulillah, Alloh masih memberi kesempatan di Ramdahan berikutnya, dari hari pertama penulis paktekkan ilmu yang diberikan ustad tahun lalu, bahagia rasanya sanggup melakukannya dan tidak terasa berat sama sekali. Hari perama tamat satu juz, hari kedua, ketiga dan seterusnya. Minggu ketiga ramadhan penulis dikejutkan oleh datangnya tamu istimewa, hal itu membuat penulis tidak lagi bisa membaca Al-Qur’an. 6 hari kosong artinya ada 60 lembar hutang tadarus yang harus dikejar. 60 lebar artinya ada 120 halaman, penulis terkulai lemas, tak mungkin rasanya melulasi hutang pada diri sendiri, al-hasil gagal lagi karena ceroboh.

Ramadhan perdana sebagai mahasiswa, rasanya tak ingin lagi kecolongan. Melebihkan bacaan Al-Qur’an di hari-hari awal sebelum datang tamu istimewa dan mencicilnya kembali setelah tamu istimewa pergi. Barakolloh, itulah tahun perdana bagi penulis mampu dan bisa khatam selama Ramdahan meskipun ilmunya sudah di dapat semenjak dua tahun sebelumnya. Ilmu inilah yang penulis anggap sebagai hidayah kedua terbesar selama di Kota Serambi Mekah.

Kita manusia biasa tak pernah tau kapan Alloh akan memberikan hidayah-Nya untuk kita, dimana dan dari siapa. Tapi jika Alloh telah berkehendak tak ada sesuatu apapun yang mampu untuk meolak hidayah tersebut. Alloh akan dengan mudah membola-balikkan hati hambanya, sesuai dengan prasangka yang hamba sangkakan pada-Nya.

Syukur pada Mu ya Alloh untuk hidayah ini. Terimakasih penulis ucapkan pada ustad yang telah memberikan ilmunya, dan juga terimakasih buat teman-teman denga tidak sengaja telah memotivasi penulis. Namun yang terpenting adalah bagaimana penulis dan kita semua bisa istiqomah denga hidayah yang telah Alloh takdirkan untuk kita.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post