Leny Nurdiyaningsih, S.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Balada Sambal Jengkol

Balada Sambal Jengkol

Tak bisa dipungkiri, kegiatan menulis produktif sangat dihindari oleh beberapa guru, termasuk saya. Kegiatan menulis ini diibaratkan sama seperti disuguhi hidangan jengkol, baik berupa rendang jengkol, tumis jengkol, jengkol bakar, maupun sambal jengkol. Mulanya, mandeg. Alasannya bau, malu, dan segala jenis rupa sumpah-sumpah yang pada dasarnya, menolak si jengkol. Nyatanya, tidak sedikit yang jatuh cinta setelah tahu isi dalamnya si jengkol. Sebelum mengenalnya dalam bentuk sambal jengkol, mungkin orang heran dengan kulitnya yang keras dan agak coklat kehitaman. Namun, jika kita buka dengan sabar dan diolah dengan cerdas, si jengkol ini menjadi sajian istimewa yang dapat membuat tergila-gila.

Adrenalin untuk mencicipi jengkol sama dengan adrenalin untuk membuat tulisan, guru cenderung menghindarinya. Belum pun proses menulis dimulai, ketika ditawarkan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Sagu Sabu (Satu Guru Satu Buku) sudah menolak dengan berbagai alasan. Padahal, kegiatan ini menantang guru untuk dapat mengembangkan potensinya dalam menghasilkan sebuah kreativitas yang berguna bagi masa depannya. Ingat belajar sepanjang hayat? Begitu pula dengan menulis, tidak terbatas usia. Tiada alasan karena usia senja tidak bisa menulis. Justru bergurulah pada pengalaman, semakin usia senja semakin banyak pengalaman yang bisa dicurahkan dalam sebuah tulisan. Jika, kesulitan dalam menemukan ide atau mengembangkan ide dalam sebuah tulisan. Ingatlah, sebuah jengkol yang baru dikupas, masih mentah ada yang berwarna kuning atau agak kehijauan, namun setelah diolah menjadi rasa yang berbeda. Begitupula dengan mencari ide, ingatlah, sebuah ide didapatkan berdasarkan pemikiran kita tentang suatu hal yang dialami atau yang dibutuhkan, dapat pula berupa ide yang berdasarkan kisah nyata, baik yang khayalan maupun yang fakta.

Menulis ibarat balada sambal jengkol. Jika sudah doyan, menulis dapat menjadi candu. Hingga mengalirkan suatu bau, yang dapat membuat orang mengenali identitas keilmuan kita. Tanpa ada yang memakan jengkol, dunia tidak akan tahu aroma segarnya. Tanpa ada guru penulis hebat, dunia tidak akan tahu aroma dari ilmunya.

Penulis adalah peserta Sagu Sabu Tahun 2017 Kabupaten Bireuen Prov. Aceh

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

duch ......... tulisannya itu lho ...............menggiurkan .......

21 Nov
Balas

Terima kasih, Ibu..hehehehe

21 Nov
Balas



search

New Post