Indonesia Resmi Resesi
#Bismillah..Tagur 158#
22 tahun lalu tepatnya 1998 Indonesia pernah mengalami resesi atau krisis ekonomi. Tahun ini Pemerintah beberapa jam lalu mengumumkan bahwa Indonesia resmi resesi. Dalam ekonomi makro resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat juga diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi, yaitu suatu keadaan terjadi penurunan aktivitas ekonomi yang parah dan berkepanjangan. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse). (Wikipedia.com).
Berdasarkan data yang dimiliki detikcom, realisasi ekonomi pada kuartal II-1998 yaitu pertumbuhan ekonomi nasional minus 13,34%. Sementara kuartal I-1998 realisasinya minus 4,49%, Tidak berhenti di situ, realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III-1998 pun masih minus 16,00%, dan kuartal IV-1998 pun minus 18,26%. Pertumbuhan ekonomi nasional masih berada di zona negatif pada kuartal I-1999 yang realisasinya minus 6,13%. Setelah itu, ekonomi nasional mulai tumbuh positif hingga pada akhirnya kembali negatif di kuartal II-2020 dan kuartal III-2020.
Sementara data BPS 2020 realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 adalah minus 5,32% dan kuartal III-2020 minus 3,49%.
Dampak Resesi
Para ekonom menyatakan jumlah pengangguran meningkat sebagai dampak Indonesia resesi. Pakar ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi detikcom, Kamis (5/11/2020), mengatakan bahwa dampak resesi sudah terjadi di kuartal III, artinya sudah dilewati di tiga bulan ke belakang. Dampak yang paling terasa itu peningkatan pengangguran, karena seperti yang disampaikan oleh BPS bahwa di bulan Agustus ternyata ada peningkatan jumlah pengangguran. Hal itu disebabkan sedikitnya penciptaan lapangan pekerjaan baru karena lambatnya pemulihan ekonomi nasional yang membuat pengusaha menahan diri untuk ekspansi bisnis.
"Pelaku usaha yang masih akan menahan laju ekspansi usaha sehingga penciptaan lapangan kerja yang baru itu di kuartal IV nanti masih relatif sedikit. Karena masih relatif sedikit, tentu akan berpotensi terhadap penambahan jumlah pengangguran dibandingkan bulan Agustus kemarin," papar Yusuf selanjutnya.
Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad juga menyatakan hal serupa, bahwa pengangguran itu angkanya naik pada Agustus 2020. Pehitungannya awal 2021 nanti potensinya akan naik lagi atau semakin meningkat. Tak hanya itu, dia memperkirakan angka kemiskinan akan bertambah imbas resesi. Memang, ekonomi mengalami pemulihan dari minus 5,32% menjadi minus 3,49%. Namun pemulihan masih dinilai lambat. Selanjutnya ia berpikir, setelah COVID kemiskinan akan menyentuh angka 9,8% atau 9,9%, bahkan bisa sampai 10% dengan situasi bahwa proses recovery-nya (pemulihannya) ternyata lambat.
sumber :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Resesi
2. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5242922/hari-ini-indonesia-resmi-resesi-terakhir-kali-22-tahun-lalu/2
3. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5242518/ini-dampak-resesi-terparah-yang-kamu-harus-tahu
==============================================================
Sebagaimana kita ketahui bersama resesi ekonomi Indonesia tahun ini disebabkan oleh wabah covid-19. Munculnya wabah corona mulai awal Maret 2020 hingga saat ini menghancurkan hampir semua sektor terutama perekonomian. Kampanye protokol kesehatan untuk melawan semakin meluasnya wabah corona dengan 3M (Mencuci tangan, Memakai masker dan Menjaga jarak), gencar dilakukan oleh pemerintah.
Namun, masih banyak dari kita yang melanggar protokol kesehatan tersebut. Walaupun berbagai sanksi diterapkan oleh pemerintah, masyarakat masih tetap ada yang bandel atau tidak peduli dengan protokol kesehatan. Meningkatnya pasien Covid apalagi dengan OTG (Orang Tanpa Gejala) akan semakin memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.
Sebagai bagian dari unsur pendidik marilah kita sama-sama mengkampanyekan dan ikut menjaga protokol kesehatan. Mari kita himbau rekan sejawat, keluarga, tetangga dan peserta didik untuk mau mematuhi protokol kesehatan. Bersama kita lawan corona. Kita pasti bisa untuk Indonesia maju dan jaya. Semangat!
#
Salam Literasi
Ujungbatu, 5 Nopember 2020
By: Leny Ros
#Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke-158#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap reportasenya bun...semoga ekonomi kembali bergairah ya bun.
Resesi akan menyengsarakan rakyat, semoga segera berlalu korona, sehat dan sukses selalu bucantik
Mantab Bu. Reportasenya sangat bagus sekali
Reportasenya keren. Salam sukses selalu ya bu
Kesedihan yg dalam untuk kondisi negara kita. Reportase yang keren Bu
Keren ulasannya Kak. Jangan sampai kita terdampak resesi yaa
Reportasenya keren buk, semoga keadaan segera membaik, dan ekonomi ,Indonesia segera pulih, sukses selalu buk.
Reportase keren bunda,smoga covid cpt sirna,tetap semangat