Siapa bilang kami berpangku tangan saja...? Siapa bilang kami tak berusaha membuat siswa menjadi lebih pintar...?Siapa bilang kami hanya berharap tunjangan besar dari pemerintah...?

Kami menyadari tugas kami sebagai seorang guru adalah mendidik dan mengajar. Khusus untuk sekolahku, kami lebih memfokuskan diri pada pendidikan dan pengajaran sifat dan perilaku serta karakter para siswa. Mengapa demikian...?

Harus kami akui, anak kami mungkin tidak bisa dikatakan pintar jika itu mengacu pada nilai-nilai yang bagus. Tapi yang lainnya...? Heeeemmmm....

Alhamdulillah anak kami sangat memiliki rasa penghargaan yang tinggi pada kami guru-gurunya. Anak kami merupakan siswa-siswi yang sopan, baik, dan penurut.

Apa yang kami inginkan, mereka akan berusaha merealisasikannya. Dalam hal ini kita tidak bicara angka-angka. Jika kita bicara nilai 100, jujur anak-anak kami tak mungkin bisa merealisasikannya. Tapi mereka bisa membuat kami merasa sangat dihargai.

Jadi, apalagi yang harus kami tuntut dari mereka...? Kesopanan...? Mereka punya. Semangat...? Mereka juga punya. Tenaga...? Apalagi.

Seperti saat sekolah kami selesai rehab. Para tukang meninggalkan sisa-sisa puing yang berserakan. Lalu muncullah anak-anak hebat yang kami miliki.

Mereka bukan tukang. Mereka anak-anak kami tersayang yang selalu siap sedia menjadikan sekolah kami lebih bersih dan sedap dipandang. Dengan semangat '45, mereka bersama para guru menyingsingkan lengan baju, singkirkan puing-puing yang tak beraturan. Semua bekerja, semua gembira demi sekolah tercinta.

Buat kami, mereka hebat. Anak-anak sempurna yang hampir memiliki segalanya. Hanya satu yang mereka tidak punya. Ya, perkara nilai 100 itu. Tapi biarkan sajalah. Yang penting kami tahu mereka memiliki sikap, karakter, dan perilaku yang baik. Selesai.

Jadi siapa peduli dengan nilai 100.