Tak pernah terpikir sebelumnya dibenakku untuk berhijab SEMPURNA. Karena yang aku butuhkan ketika itu adalah uang dan uang. Aku ikuti program kebisnisannya yang dianggap syarï. Keterpaksaan untuk memakai hijab juga aku lakukan walau belum sempurna dari hati, yang terpenting adalah aku bisa mendapatkan materi berlimpah dari bisnisnya, apapun aku tempuh sekalipun banyak ketidaksesuaian pada lifestyle, karena para anggotanya juga dianjurkan berhijab syarí.

Hari demi hari, seminggu berlalu, dan bulan demi bulan aku lalui untuk mendalami bisnisnya. Ada hal yang aku tak pernah pikir sebelumnya, aku merasa ada yang tumbuh didalam hati. Semakin hari pertumbuhannya semakin membuatku menggelora. Ternyata aku terjatuh, ya aku JATUH CINTA pada sosok pebisnis syarí itu.

Hal yang juga tidak aku menduga, ternyata ia juga merasakan hal yang sama.

Rasaku berbalas. Rasa bahagia yang berlapis saat itu.

Aku benar benar tepesona dengan pribadinya, aku terbius dengan suara merdunya saat melantunkan ayat ayat alquran. Aku terpikat dengan ketawadhu’annya. Ditambah lagi beliau adalah seorang pelaku ta’addud yang menurutku hal itu adalah sebuah tantangan bagiku.

Memasuki bulan keempat, ia menikahiku hanya dengan taáruf 15 hari.

Kujalani hidup berstatuskan istri pelaku poligami, tanpa ia berada disampingku selalu. Menjalani hidup dengan perang cemburu karena harus berbagi suami. Tapi tak mengapa, dengan begini aku merasa lebih bisa menjalani kehidupan yg baik dimata Tuhanku, Allah. Hari hariku diisi dengan terus belajar ilmu agama. Kunaikkan tingkat hijabku dengan CADAR. Sedikit demi sedikit aku otak atik hati ini untuk bisa menjadi baik dan mencapai derajat tinggi dimata Allah, walaupun aku tak tau apakah derajat itu akan aku capai? Yang terpenting bagiku saat ini adalah Aku terus belajar ridho, ikhlas, istiqomah, rasa cemburu lah yang membuatku bisa seperti ini, tanpa suami disisi, ada Allah menemani.

My husband my adventure