Lia Nurmala

Seorang ibu yang memiliki 2 pasang putra/i, memiliki cita - cita menuliskan perjalanan hidup dan karirnya tentang menggapai cita yang bukan cita - citanya. Bela...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perjalanan Hati
My Lovely

Perjalanan Hati

" Bi, ayo kita pergi.... " Ajakku pada Asisten Rumah Tangga ( ART ) sambil memberikan tas besar berisi pakaian dan susu si kecil. Dengan muka kebingungan bibi mengikuti langkahku yang tergesa - gesa. Karna memang aku tak pamit pada Apih maupun ibu, yaa... Emosi yang menyelimuti mengalahkan akal sehatku sehingga memutuskan untuk pergi tanpa memberitahu mereka. Kabur, yaa kabur lah istilahnya. Dengan membawa dua balita, aku beranjak pergi naik angkot dilanjutkan naik bus ke rumah bibi di daerah Anyer sana.

Sebetulnya tidak ada masalah yang besar diantara kami, hanya salah komunikasi saja membuat ego ku timbul dan merasa ingin menang sendiri. Kami memang dipertemukan melalui perjodohan antara ibu ku dan kakaknya. Hanya melalui proses perkenalan kurang lebih 3 bulan, kami mantap untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Tanpa mengunggu lama, belum genap satu tahun pernikahan sudah dikaruniai seorang putri. Belum genap usianya 3 bulan, dipercayai lagi amanah Nya. Putri pertama berusia 11,5 bulan, adiknya lahir dan alhamdulilah seorang putra. Berjalan dua tahun usia pernikahan sudah memiliki sepasang putra dan putri.

Entah kenapa, hari itu aku merasa tersinggung dengan ucapan Apih. Padahal ia hanya hal yang sepele sebenarnya, tapi karna nada suaranya agak meninggi. Aku mengira ia memarahiku yang ternyata ia tak bermaksud seperti itu.

Kriting... Kriinggg... Ponselku berbunyi, tertulis nama apih di situ. Sengaja tak ku angkat, ku biarkan bunyi ponsel berdering berkali - kali.

" Sayang , ada di mana? Maafin Apih yaa, Apih salah... Tapi amih pulang yaa??? Kasian anak - anak masih kecil. Pulang yaa sayang... " Kalimat itu tertulis di pesan singkat yang dikirimnya. " Neng, kita beneran mau ke rumah bibi? Itu apihnya nelpon n sms bibi juga ", ujar bibi. " Biarin aja bi, awas... Jangan bilang - bilang kalo kita mau ke rumah bibi!!! " Gertak ku pada bibi.

Selama perjalanan dering telpon tiada henti, sms berkali - kali masuk di ponsel tapi semuanya ku abaikan. Menjelang Maghrib, kami datang ditempat tujuan. Setelah bersih - bersih kami pun beristirahat dan Alhamdulillahnya anak - anak tak rewel sama sekali.

Ternyata, tanpa sepengetahuanku bibi menjalin komunikasi dengan Apih. Tak ku duga dan sangka, pukul 11 malam Apih sampai diantar oleh pamanku.

" Sayang, maafin Apih yaa... Apih salah, Apih gak marahin Amih lho, emang tadi Apih suaranya agak tinggi. Tapi sumpah , Apih gak bermaksud marahin Amih... " Rayu Apih . Memang, aku terlahir dari keluarga yang memanjakan ku. Semua kakak dan adiik sangat tau tabiatku. Keras tetapi cengeng, tak bisa mendengar orang berkata dengan nada tinggi, langsung saja seperti mengiris hati dan langsung menyetrum ke otak yang berakhir dengan cucuran air mata. Akhirnya malam itu juga kami pulang , ada rasa sesal tapi tak kuperlihatkan . Gengsi lah ceritanya, hehehe...

Sebenarnya tak ada yang salah, hanya ego sesaat sehingga menutup akal pikiranku. Padahal jika dipikir dan diingat lagi, lucu rasanya....

Kejadian itu sudah hampir 15 tahun berlalu, dalam mahligai rumah tangga banyak sekali kerikil - kerikil tajam yang mesti dilalui. Naik turun, pasang surut dalam rumah tangga sudah kami lalui. Dan sekarang bukan sepasang lagi yang kami miliki. Ada dua pasang putra dan putri meramaikan rumah ini.

" Aneh yaa Mih, katanya Amih gak cinta ma Apih... Dijemput pas kabur bilangnya pulang karna anak - anak aja, eh... Malah nambah lagi anaknya, tadinya dua jadi empat. Gimana kalo Amih cinta yaa??? Anaknya bisa selusin...", Ledek Apih. Aku pun hanya tersenyum malu sambil menghujaninya dengan cubitan mesra.

Dalam rumah tangga, ada saja memang sedikit keributan . Istilahnya bumbu - bumbu cinta, yang setelah keributan mendera semakin menambah rasa yang kami punya. Memiliki suami yang katanya termasuk ikatan Istikomah alias ikatan suami takut istri kalo di rumah, hehehe .... Maaf, sedikit mengutip kata - kata pak Eko😁. Sebenarnya itu bukan takut lho, tapi mengalah untuk menang katanya.

Terkadang lucu juga, ketika aku meluap - luap menumpahkan segala kekesalan. Apih hanya terdiam saja sambil mengangguk - angguk dan tersenyum. Ketika ku tanya , " Apih qo diem aja sih... Amih dah ngomong ngalir ngidul, Apih cuma dieeeemmmm ajaa..." Gerutuku. Dengan santainya ia berkata, " Amih udahan belom ngomel - ngomelnya? Kalo udahan Apih mau ngomong nih, kalo belom terusin n abisin dulu biar tuntas n puas..." Wakwawww, aku pun hanya bisa tersipu jadinya .

Begitulah, dalam rumah tangga memang ada yang harus mengalah . Bukan berarti kalah, tapi jika semuanya tersulut dengan kemarahan. Yang ada perang dunia ke lima mungkin...

Hehehe... Sudahlah, ternyata sudah banyak juga tulisan yang tertulis. Semoga konsisten ah dalam menulis sampai 90 hari ke depan... Semangat💪💪💪

Pesan moral :

Yang baiknya diambil, yang buruknya dibuang yaa pemirsahhhh 😁🤣🤣🤣

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post