Lia Windari

Guru biasa yg ingin terus belajar dan berbagi..😊...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lelah Enggan Menyapa (Bag. 18)

“Assalamu’alaikum..iwa kamu dimana?, Orangnya udah datang di rumah kk ni, cepat kemari ya..” kata kak Ochi

“ iya kak..ini lagi di jalan, barusan pulang kerja kak” jawabku

“ OK, kami tunggu ya..Hati – hati di jalan” kata kak Ochi

“Iya kak..” jawabku

Pertemuanku dengan lelaki itu di prakarsai oleh kak Ochi, ia yang mengatur semuanya. Aku tinggal terima beres saja. 2 hari sebelum pertemuan itu, Kak Ochi menghubungiku bahwa lelaki yang ingin berkenalan denganku mengajak untuk bertemu denganku, niatnya adalah untuk sekedar perkenalan saja denganku, kalau di dalam agamaku dikenal dengan istilah Ta’aruf. Pertemuan itu diadakan di rumah kak Ochi. Aku mengiyakannya karena sudah terlanjur janji dengan Kak Ochi, aku berfikir hanya berkenalan saja, kenapa tidak? Toh belum tentu ke arah yang serius.

15 menit kemudian, sampailah aku di rumah kak Ochi. Dan benar yang dikatakan kak Ochi tadi di telephone bahwa lelaki tersebut telah datang, ia telah menunggu. Tiba – tiba aku merasakan jantungku berdegup kencang, kenapa ya? Padahal aku belum berkenalan dengannya dan belum tentu aku menyukainya. Segera kutenangkan diriku agar tidak gugup dan segera masuk ke dalam rumah kak Ochi.

“Assalamua’alaikum wr.wb..”kataku mengucap salam

“Wa’alaikumsalam wr.wb..” jawab kak Ochi dan suaminya serta..Lelaki itu.

Aku tersenyum kepada kak Ochi. Mataku menoreh kepada sosok lelaki asing yang belum ku kenal. Ia hanya melihatku sekilas lalu menundukkan pandangannya.

“ Masuk wa.. “kata kak Ochi

“ Iya kak.. “ jawabku

“ Yuukk..duduk disini dekat kakak..” kata kak Ochi

Aku pun segera mengambil posisi duduk di dekat kak Ochi, sedangkan lelaki itu duduk disebelah suami kak Ochi yang posisinya berseberangan denganku.

Lalu tanpa bertele – tele Kak Ochi dan suaminya membuka percakapan. Kak Ochi memperkenalkan diriku, lalu suaminya memperkenalkan lelaki itu. Sesekali aku mencuri pandangan ke arah lelaki tersebut. Ia tidak melihatku, ia terus menundukkan pandangannya terhadapku, bahkan ketika kami berbicara satu sama lain. Kak Ochi dan suaminya memberikan kesempatan kami berdua untuk ngobrol. Ya ngobrol berbagai hal, aku lebih memastikan apakah ia nyaman dan nyambung ketika diajak ngobrol. Dan Kak Ochi serta suaminya menemani kami berdua ngobrol, dengan sesekali menggoda kami dengan candaan mereka.

Pertemuan kami hanya berlangsung sekitar satu setengah jam. Rasanya untuk permuan pertama ini cukup sampai disitu saja. Sedikit banyak aku mulai mengenal diri lelaki tersebut walaupun aku tau itu belum cukup mewakili keseluruhan pribadinya. Kak Ochi menanyakan kepada kami berdua, apakah pertemuan ini akan dilanjutkan ke pertemuan selanjutnya yang lebih serius.

“Bagaimana Yadi, apakah akan dilanjutkan ke pertemuan selanjutnya yang lebih serius ?” tanya suami kak Ochi kepada Lelaki itu.

“ Kalau saya sih mau untuk melanjutkan pertemuan ke arah yang lebih serius..tetapi saya juga tidak ingin memaksakan kalau iwa tidak ingin melanjutkan..” jawab lelaki itu lagi – lagi dengan pandangannya yang tertunduk.

“ Bagaimana wa.? Apakah ingin dilanjutkan ke arah yang lebih serius ?, kakak gak memaksamu ya wa..kakak kembalikan lagi keputusan ada di tanganmu..” kata kak Ochi kepadaku

Hmmm..Agak lama aku memutuskan. Aku berfikir apakah ini yang terbaik...(bersambung)

Tantangan Menulis hari ke – 29

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post