MICING (chapter 3 Dalam Kegelisahan Panjang)
Tantangan 364
20 Januari 2021
MICING
(chapter 3: Dalam kegelisahan panjang)
*****
Seseorang yang akan ditemuinya, menampakkan diri persis setelah Micing terlibat pembicaraan singkat dengan sekuriti mesium.
"Abel... 15" ucapnya. Micing membalas uluran tangan itu, ia menggenggam erat tangan Mr. Cowel sambil menyebutkan kode yang sama,
"Abel 15"
Keduanya berjalan menuju sebuah ruang yang sudah diskenario Abel.
(Abel lulusan Ruprecht-Karl Universität dari fakultas kedokteran. Hanya saja ia telah murtad dari jurusanya itu, ia tak menekuni bidang kedokteran yang sudah digelutinya bertahun-tahun tersebut. Tetapi beralih mendalamu ilmu manajemen di Frankfurt. Dan tentu saja persoalan bahasa tentu bukan persoalan baginya.)
Micing berjalan lebih dulu sedang Mr. Cowell tiga meter berada dibelakangnya. Tiba-tiba pandangan Micing dikagetkan ketika ia melihat keberadaan Abel di ujung ruang itu. Entahlah pikiran tegang membuat ia sensitif... Ia mempercepat langkah, menghampiri Abel...
"Apa aku memerintahkan kamu kemari?! " tanyanya kasar walau dengan suara lirih.
"Maaf kak, bu Mirna mengkhawatirkan betul keadaan kakak,... "
Belum selesai Abel menyelesaikan penjelasannya, micing dengan nada lebih keras dan kasar membentaknya,
" Halt den mund!! "
"Diam kamu! Jangan pernah mengacaukan urusan pribadi saya ha?Apa kalian semua sudah kehilangan akal? Siapa kalian ha??! "
Abel hanya diam, mendengar teriakan Micing, lalu...
"Maafkan saya kak, pak Satria di Tan Tock hospital
, bapak meracau berulang-ulang meminta agar saya mengawal kakak... "
Suara Abel melemah. Ia mengingat kembali keadaan pak Satria yang sangat lemah. Ia dilarikan keponakannya ke Singapore dua hari yang lalu.
Micing diam, ia menarik nafas dalam...kemudian berujar agar Abel sepenuhnya memantau kondisi pak Satria. Kemarahan Micing mereda demi mendengar pak Satria yang dihormatinya itu sakit.
Dan kemudian ia berjalan mendekati Mr. Cowell.
Kini bertiga mereka telah duduk berdekatan di meja bundar di ruang sudut kantor musium.
Hal yang ditakutkan Micing terjadi. Ketika Mr. Cowell melaporkan bahwa ia tidak menemukan jejak seseorang bernama Arrina seperti yang diidentifikasikan padanya.
Tetapi Mr. Cowell memberi harapan pada Micing, ketika jaringan perusahaannya yang tersebar di hampir tiap negara, mendeteksi keberadaan gambaran Arrina. Mereka mengabarkan, kemungkinan posisi Arrina sedang berada di Malaysia!
"Ist das richtig?" suara Micing bergetar, menanyakan apakah informasi itu benar adanya. Mr. Cowall mengiyakan dengan yakin, "Ja! "
Tak menunggu waktu lama lagi, Micing menyudahi laporan Mr. Cowell. Dan meminta agen di Malaysia melanjutkan job pencarian Arrina di Malaysia. Abel bergerak cepat memenuhi instruksi bosnya.
Terbang ke Malaysia . Micing memilih tujuan Singapore demi mengingat kondisi pak Satria. Tergambar dibenaknya kasih sayang beliau kepadanya, apalagi setelah kepergian ayah-ibu Micing. Dengan penerbangan tercepat yang ada. Berdua mereka memutuskan singgah melihat pak Satria.
*****
Mobil berhenti di La Casa. Micing check out, dan kemudisn bablas menuju Jade Airport GmbH. Dengan Lufthansa di penerbangan malam Micing dan Abel menerobos pekatnya malam dalam guyuran hujan deras.
*****
Kini mereka berdua telah duduk diatas pesawat. 12 jam diatas pesawat. Adalah yang sangat menggelisahkan bagi keduanya. Kebisuan mendominasi keduanya.
Abel menawarkan permen pereda gaung derik yang biasanya Micing alami dalam penerbangan. Ia mengulurka permen mint tersebut,
"kunyahlah kak... "
Tanpa suara Micing mengambil permen itu, membuka dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Abel... "
Micing membuka perbicaraan.
"Ya kak? " responnya cepat.
"Mengapa kamu memutuskan berpisah dengan Syifa? "
Abel menarik nafas, diam beberapa detik, lalu...
"Aku ...aku hanya tak siap saja kak... Syifa bukan tipe yang mudah dikendalikan, lagipula aku... ingin membesarkan KF ayah-ibu kak... "
Micing, lagi-lagi terdiam. Terasa ada yang menyangkut di tenggorokannya. Abel-lah bahkan yang terus memikirkan kelangsungan Kenya Foundation, lembaga nirlaba yang dirintis orang tuanya untuk menjaga kelangsungan hidup terutama pendidikan anak-anak kurang beruntung itu. Bu Maria almarhum, konon yang meminta KF itu berpusat di Afrika. Kebetulan juga sahabat beliau adalah kepala kedutaan besar Indonesia untuk Kenya. Yang banyak support kepada mereka.
Micing berbicara lirih kepada Abel,
"Kamu fokuskan 'Papua Miner', keduanya untuk KF. Laporkan bu Mirna, bangun juga untuk Palestine, walau tak bisa sebesar KF, belum stabil Bel situasi politik disana... "
"Siap kak... Inshaallah " balas Abel.
Pembicaraan mereka banyak terjeda. Entahlah berbagai pikiran dan perasaan menggulung-gulung di benak mereka berdua. Dua orang yang kesepian dan tak beruntung dalam percintaan mereka, tetapi langgeng dalam upaya kepada sesama.
Tak berapa lama... mereka terlelap dalam suhu dingin kabin pesawat.
#tantangan Gurusiana ke-364
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren tulisanya
Oh ibu Gustariy, um.. Sy suka nama belakang ibu. Suatu kali sy ijin unk mencatut nama ibu yaa? Sy msh tahap belajar bu... Sy pernah tinggal d Jerman bbrp saat. Di situ sy mendpt inspirasi. Jk Allah berkenan, mari bu... Kt brgkt kesana unk berbagai keg. Dng biaya standar. Semoga covid sgra berlalu... Sy senang mendapat kunjungn ibu.. Terimakasihh bu