Perhelatan Sunyi Kamboja dan Sang Kekasih Hati (1 Bag. satu)
Tantangan 406
210402Fry
Perhelatan Sunyi, Kamboja dan Kekasih Hati
Cerita Pendek
Penulis: eL
*****
Kiranya kematian tidak mendasarkan pada apapun! Aku termangu melihat bagian-bagian tubuh pohon kamboja itu saling mengaitkan diri,rapat. Ada pucuk-pucuk daun yang saling bersentuhan. Ada batang-batang yang berusaha saling mendekati ingin bertautan.
Atau lihatlah! ranting-ranting kamboja itu saling merunduk agar mereka bisa saling tertunduk, lalu terikat satu sama lain.
Ya, begitulah mereka menyepakati sebuah pertemuan, membicarakan banyak hal. Tak kusangka pohon-pohon itu sama hiruk pikuknya dengan manusia. Ada saja yang mereka diskusikan atau tak henti bicarakan.
Apa kiranya yang terjadi? Saat pohon-pohon kamboja itu terlihat sangat sibuk di pagi buta. Sedang hawa dingin masih terasa menyiksa tulang-tulang dedaunan. Sisa embun tadi malam masih belum menguap.
Walau telah terbiasa bagi mereka, pohon-pohon kamboja itu berbagi tugas, setiap kali ada kode kematian. Tetapi kali ini ada yang lain! Ada yang tak biasa.
Dan benar! Semua akhirnya tersentak, atas dijatuhkannya tujuh kelopak bunga berwarna kuning bertepikan warna putih itu. Ya! Ketujuh kelopak kamboja itu berguguran hampir diwaktu bersamaan, diatas tanah pekuburan, tempat mereka tumbuh selama bertahun-tahun di pelataran mistis tanah pekuburan, beranak pinak.
Pohon-pohon itu kini saling berpandangan. Saling menerka, siapa gerangan "Seorang Kekasih" yang sebentar lagi akan dikebumikan? Dan kali ini setelah sekian tahun tak satupun perhelatan spesial itu digelar, kembali membeberkan permadaninya ,di atas altar bak tangga emas langsung menembus angkasa Tuhan.
Kematian siapakah itu. Bukankah ini akan menjadi kematian khusus, dari catatan para asisten Tuhan? Betulkah ini bukan imaji liar para penulis picisan?
Dan "Sang Kekasih? Ya, tubuh yang telah tak bernyawa itu adalah sang Kekasih! Seseorang yang telah menyatukan jiwa raganya semasa hidupnya hanya untuk Tuhannya. Seseorang yang konon sangat dihormati, dielu-elukan para pelayat? bahkan tak jarang setelah kematiannya , ia segera akan dikultuskan, dalam aneka bentuk dan rupa.
"Sang Kekasih" itu tak jarang adalah sebagian asli ulama atau ulama asli. Ah, katanya memang ada yangbtak asli. Apatah hak ku menjulukinya begitu? Tidak ah!
Lagi-lagi biasanya "Dang Kekasih" adalah panutan umat, berilmu dan pengabdi kebaikan.
Baiklah, semua telah menyatakan hadir kini. Tetua pohon kamboja tak pernah salah menterjemahkan kode-kode kematian.Tujuh bunga kamboja itu simbol langka bagi warga pohon kamboja di makam sepi desa.
Alam sekitar tanah basah nan teduh pekuburan desa juga ikut mendekat , guna mendengarkan tetua yang ternyata mengkonfirmasi bahwa betul, tlah tutup usia, seorang Kekasih. Dan semua pohon kamboja yang ada di wilayah pekuburan harus segera mempersiaspkan semacam perhelatan besar. Untuk menyambut jasat "Sang Kekasih", kemudian menerima sang mayat lalu segera menuntun, menaikkan ke langit tujuh tempat suka cita sejati terjadi. Tempat dimana tak ada keluhan dan caci maki. Tempat yang sunyi jika ingin kesunyian. Dan tempat yang riuh jika ingin keriuhan. Tempat semua orang baik beradu bercengkrama.
*****
Sesaat setelah tetua pohon kamboja mengakhiri penjelasan dan menegaskan kembali tehnis penerimaan jasat, ia pun melepaskan pucuk daunnya dari saling bersentuhan dengan warganya.
Maka, satu persatu masing-masing saling melepaskan diri dari bertautan bagian tubuhnya satu sama lain.
Mereka akan dengan tangkas mempersiapkan tupoksi mereka masing-masing.
Akan tetapi ada tanya besar menggelayut di sebagian besar pohon-pohon kamboja itu. Ini tentang siapakah kali ini orang tak bernyawa yang sangat beruntung menyabet gelar "Sang Kekasih" itu?
Dan sebelum terjawab sejuta rasa ingin tahu yang tak ada jawabannya. Merekapun bergegas mempersiapkan tugas-tugas pekerjaan mereka sesuasi dengan *job description* masing-masing.
Akar-akar sebagian pohon berusia dewasa itu mulai saling mencengkeram tanah. Mereka meregangkan akar-akar mereka demi sipenggali kubur tidak kesulitan menggali kedalaman tiga meter.
Sementara sebagian yang lain mempersiapkan bacaan doa-doa pengiring perpisahan antara jasad dan roh yang akan memasuki alam baru.
Dan sebagian yang lain juga, yakni kamboja-kamboja muda, sibuk membantu mengumpulkan atau menyatukan lembaran-lembaran catatan baik-buruk semasa sang mayat hidup di alam dunia. Sudah biasa bagi mereka berbagi tugas. mereka selalu membuat dua kelompok; satu untuk catatan kebaikan, sedang kelompok yang lain untuk catatan keburukan. Mereka hanya merekapnya saja. Karna tugas itu nanti secara langsung ditangani oleh para malaikat.
Karena kisi-kisi para malaikat sangat jelas, maka jarang terjadi adu argumentasi. Konon, niat hati yang tak tercetus dari lisan menjadi patokan utama.
Niatlah yang mendominasi poin besar itu.
Sebuah niat tetap menjadi prioritas. Baru kemudian tindakan yang selaras imbang sebagai pengejawantahan dari niat.
Selanjutnya... batas antara baik buruk amalan mayat selama di dunia sangat tertib di kemas, tak sebesar dzarrahpun perhitungan terlewatkan!
*****
Sudah aku ceritakan kepada kalian. Bertahun-tahun tanah pekuburan ini sepi dari kematian "Sang Kekasih". Hari demi hari bergulir sangat cepat tetapi "Sang Kekasih" justru melambat.
Disatu sisi, para filsuf pernah berkata, "Bahwa kehancuran maha dahsyat bumi ini, atau yang kita sebut dengan kiamat, tertunda karena keberadaan para kekasih Allah ini? Siapa saja mereka? Mereka para umaro', para ulama, para kyai dan orang-orang baik yang memurnikan agamanya selama hidupnya. Yang kedekatannya dengan Robb-nya tak dibuat-buat dan nyata adanya...berterima kasihlah pada beliau-beliau ini..."
*****
Matahari mulai melambaikan tangan memberi sinyal kedatangan kepada bumi. Ujung timur mulai bercahaya. Dan kamboja-kamboja itu makin gelisah menyimpan tanya dalam benaknya, siapakah gerangan "Sang Kekasih" yang upacara rohani harus diperhelatkan sedemikian mewah dalam tatarannya itu? Siapakah sosok yang kematiannya dirindukan oleh seluruh angkasa?
Karena walau sampai tangga kaki langit, roh beliau dilepas dengan cara yang mewah.
"ini, Haji Malikkah yang akan kita sambut?"
Tanya salah satu dari mereka.
"bukan, saya melihat ia menerima dana untuk sebuah kursi demi restu yang diminta kandidat gubernur waktu itu. Saya pernah melihat lembarannya terjatuh dari meja-meja para malaikat. Saya kan juga bagian mengumpul catatan-catatan keburukan itu? Tidak saya rasa, bukan beliau itu!" Timpal yang lainnya.
Perbincangan tentang siapa "Sang Kekasih" itu makin meruncing, melangit.
"Tapi saya kan juga petugas pengumpul catatan kebaikan beliau, beliau menyantuni banyak masa dengan lembaran seratus ribuan, Dana yang dikorbankan tidak kecil loh?!"
"Jangan naif, itu bukan sumbangan suka-rela! Kata manusia, itu serangan fajar! Bicaralah nanti , tanyakan nanti lebih jelasnya pada atasanmu ah kamu ini terlalu lugu. Jika kamu terus-terusan seperti itu, bisa-bisa dimutasi loh kamu, ish!"
Mereka masih saja terus saling beradu mulut.
"Kalau abah Bakir , apa mungkin ya?" celetuk yang lain.
"Tidak saya rasa! Ia menikung saudara sesama, ia tajam kata, menggiring opini orang, hingga yang lainnya terhasut, tersudut. Beliau membuang sesi tabayun yang seharusnya ia itu langkah wajib baginya. Ah tidak, buka itu "Sang Kekasih" kawan...!"
Pembicaraan mulai menghangat.
"Lalu siapa? Jangan-jangan kyai Fais, putra sulung kyai Muchsin kah? Kabarnya beliau dielu-elu untuk menjadi bupati di pilbub kali ini? Ia cakap dan ...?!"
"Dan apa? Saya tahu ia telah menjual aset pondok demi pencalonannya juga..ah bukan beliau tentunya!"
"Lalu siapakah jasad sang Kekasih itu, kali ini? Beliau pastilah bukan orang sembarangan. Ia akan diiringkan oleh banyak pelayat, terutama para santrinya. Tapi siapakah beliau?
Perbincangan antar pohon kamboja semakin ramai. Mereka bertanya-tanya dan sangat penasaran. Karena setahu mereka tak ada yang tampak, secara kasat mata layak mendapat julukan "Sang Kekasih", berasal dari desa warga pemakaman itu.
Sang Kekasih selalu spesial dimata alam. Jasad yang harumnya menyeruak ke seluruh hawa desa. Jasad yang kedatangannya disambut para malaikat. Dan kehadirannya disanjung alam semesta.
"Ya Tuhan, siapa gerangan beliau , siapakah yang terhormat itu, diantara para kyai di desa ini kiranya sudah kami telisik, dan tak kami temui siapapun yang diikuti oleh banyak orang, apalagi oleh banyak santri. Gerangan siapakah engkau wahai "Sang Kekasih? "
(Inshaallah BERSAMBUNG)
#Tantangan Gurusiana 406
#selfMirror
#tears for tons of mistakes
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Terimakasih ibu Gustariny...