Parikan Buyutku (9)
Tantangan hari ke-7
#TantanganGurusiana
Tak ada yang tahu kebiasaanku pergi ke tegal sejak kelas 2 SD, termasuk Bapak dan ibuku. Ya, orang tuaku tak pernah melarang kemanapun aku pergi. Hal ini sesuai pesan Kakek Buyutku. Kakek Buyutku pernah berpesan pada Bapak, beberapa hari setelah aku lahir, "Le, sesuk ora usah dipenging yo anakmu. Arep nangdi wae anakmu ora usah kuatir. Anakmu sesuk wes ono sing jogo. Wes ngerti opo-opo sing kudu dilakoni. Ora usah kowe kandani. Ilingo pesenku yo, Le."
(Nak, besok tidak usah dilarang-larang ya anakmu. Mau kemana saja anakmu, kamu tidak usah khawatir. Anakmu sudah ada yang menjaga. Sudah paham apa-apa yang harus dia lakukan. Tidak usah kamu beritahu. Ingat pesanku ya, Nak).
Ya, Kakek Buyutku memang bukan orang sembarangan. Dia seorang Demang atau Lurah di Pacitan pada Jamannya. Jabatan yang lumayan tinggi pada masanya. Orang yang bisa menjabatnya bukan orang biasa tentunya. Karena masyarakat Pacitan kebanyakan mempunyai kemampuan kanuragan yang kuat. Siapa yang benar-benar punya kemampuanlah yang bisa memimpin. Nah, Kakek Buyutku salah satunya. Sehingga sampai sekarang jika aku pulang ke Pacitan, masih ada saja orang-orang yang memanggilku dengan sebutan "Den" atau "Raden". Karena tahu, aku adalah buyut pertama dari Kakek Buyutku, Demang Renggo.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam Kenal Ibu Raden