lilik darmini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Perkenalkan saya Lilik Darmini.S.Pd dari SD Negeri Pengkol 2 Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi., calon Guru Peggerak Angkatan 9. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita bersama.

“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Mengajarkan anak-anak keterampilan dasar seperti menghitung dan berbagai kompetensi akademis lainnya itu merupakan hal yang penting Namun ada hal yang lebih penting adalah mengajarkan mereka nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang lebih tinggi atau yang dianggap terbaik dalam kehidupan. Anak-anak juga harus diajarkan tentang moral, nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, empati, tanggung jawab, dan sikap lainnya yang dianggap sebagai hal yang paling berharga dalam kehidupan. Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, Dalam menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu memberikan kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan keputusan harus berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Jadi seorang pendidik senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut:

Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Memahami kalimat tersebut, maka pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.

Setelah kita memahami beberapa hal diatas, berikut adalah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Semboyan yang dicetuskan oleh KHD menjadi landasan berpijak bagi pendidik. Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan ini memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan dalam proses pembelajaran di sekolah, yang tidak hanya menitik beratkan pada konten kurikulum, namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sesungguhnya cara pandang seorang guru sangat mempengaruhi penilaian terhadap apa yang dilihatnya, hingga pada penilaian dan pengambilan keputusan akhir. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambil ketika seseorang tersebut akan mengambil keputusan. Begitu pula dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), akan mendukung dalam mewujudkan sikap Tut wuri handayani . Secara umum seorang guru tentu saja harus memiliki nilai-nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya dalam dirinya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang berlaku secara universal dan sangat berpengaruh terhadap model pengambilan keputusan. Selain itu seorang guru juga harus dapat berpikir berbasis pada hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking) agar menghadirkan cara pandang yang tepat dalam mengambil keputusan.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Kegiatan terbimbing yang saya lakukan bersama fasilitator dan pengajar praktik selama mengikuti Pendidikan guru penggerak telah memberikan pengaruh besar terhadap pola pengambilan keputusan yang saya ambil. Kegiatan pembimbingan tersebut telah membantu saya untuk melihat kembali dan melakukan evaluasi bagaimana keputusan-keputusan yang pernah saya buat. Apakah sudah sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku? Apakah sudah sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai umum yang dianut? Apakah keputusan itu berdampak baik untuk semua? Apakah keputusan itu dapat dipertanggungjawabkan secara moral? Seorang pendidik pasti tidak selalu benar ataupun tidak selalu salah. Oleh sebab itu, maka sangat penting bagi seorang guru untuk melakukan pendekatan coaching dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Sehingga nilai-nilai dan itikad baik dalam membuat keputusan akan berdampak positif saat keputusan tersebut dibuat. Saya sangat bersyukur karena dalam program Pendidikan guru penggerak terdapat pembelajaran yang sangat efektif tentang bagaimana seorang pemimpin pembelajaran menggunakan motode coaching sebagai pendekatan dalam membuat keputusan, dan itu saya rasakan sangat efektif sekali. Coaching membantu diri kita dalam memaksimalkan potensi yang ada dalam memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran. Sehingga saat menentukan suatu permasalahan, dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, akhirnya dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Kepekaan sosial emosional seseorang akan menumbuhkan empati dan simpati, sehingga dapat menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain . Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, sehingga kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana,. Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu

- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

- Menentukan siapa saja yang terlibat

- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

- Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola

- Pengujian paradigma benar lawan benar

- Prinsip Pengambilan Keputusan

- Investigasi Opsi Trilemma

- Buat Keputusan

- Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Ketika seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika, maka keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya harus dilakukan dengan berdasarkan pada fakta yang otentik, logis, objektif, dan memenuhi aspek keuntungan semua pihak yang terlibat dan dilibatkan. Bagi seorang pendidik atau pemimpin pembelajaran, penting sekali untuk mengedepankan pendekatan edukasi, kebijaksanaan, kejujuran dan seimbang dalam membuat sebuah keputusan. Dengan demikian keputusan tersebut akan memberikan dampak positif dalam lingkungan sekolah, dapat menciptakan suasana yang kondusif dan damai, serta pada akhirnya akan tercipta rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga sekolah, peserta didik, dan pihak lainnya.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus — kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Dengan merdeka belajar, murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan social emosional murid-murid kita.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.

Bagaimana mereka mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekuensinya.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa pertimbangan. Saya sudah merasa aman bila keputusan yang saya ambil sudah sesuai aturan dan tidak berdampak merugikan banyak orang. Dengan belajar modul ini saya menjadi lebih kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang sangat positif tentunya, dengan mempelajari modul ini sehingga kita mampu mengidentifikasi antara dilema etika dan bujukan moral, Dalam konteks ini terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi. Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat menginspirasi bu...semangat terus berkarya mencerdaskan anak bangsa

15 Feb
Balas

Mantap sekali Bu, mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sruah seharusnya berpihak kepada peserta didik. Kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang tetapi kita bisa memutuskan segala sesuatu sesuai dengan aturan dan mempertimbangkan rasa kemanusiaan.Mampir ke beranda saya ya Bu. .terima kasih

15 Feb
Balas

Terimakasih Bu Fitri...iya Bu pasti

15 Feb



search

New Post