Anak-anak Gaza akan Menuntut Kita
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sibuk dengan urusan politik, ekonomi, dan hiburan, tragedi kemanusiaan luar biasa sedang berlangsung di Gaza. Setiap hari, seratus anak Palestina meregang nyawa akibat serangan brutal rezim Zionis Israel. Tak kurang dari 39.000 anak-anak telah menjadi yatim akibat genosida yang terus terjadi hingga hari ini. Angka ini bukan sekadar statistik. Ini adalah wajah-wajah kecil yang kehilangan pelukan ibu, belaian ayah, dan masa depan mereka.
Lebih dari sekadar kejahatan perang, ini adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang selalu diagungkan oleh dunia Barat dan lembaga internasional. Di tengah gencarnya narasi Hak Asasi Manusia, Konvensi Hak Anak, dan berbagai aturan internasional yang konon menjamin perlindungan terhadap anak-anak di zona konflik, Gaza membuktikan bahwa semua itu hanyalah ilusi. Sebab hingga kini, tak ada satu pun kekuatan internasional yang mampu menghentikan genosida ini, apalagi memberikan keadilan bagi anak-anak yang dibantai tanpa ampun.
Realita ini semestinya menjadi tamparan keras bagi umat Islam di seluruh dunia. Sampai kapan kita terus berharap kepada PBB, UNICEF, atau Mahkamah Internasional, sementara kita menyaksikan sendiri bahwa lembaga-lembaga itu tak punya taring di hadapan kepentingan politik negara-negara besar? Haruskah kita terus membiarkan anak-anak Gaza kehilangan masa kecilnya, hidup dalam trauma, lapar, dan tanpa perlindungan, sementara kita hanya menyumbang doa dan dana sesekali?
Anak-anak Gaza, kelak akan menuntut tanggung jawab kita semua. Mereka akan bertanya, di mana umat Islam saat ibu mereka diperkosa dan dibunuh? Di mana kita saat ayah mereka dibantai? Di mana kita saat mereka menangis dalam gelap, kelaparan, sendirian, tanpa harapan?
Jawaban dari semua ini tak akan bisa ditebus hanya dengan empati dan bantuan kemanusiaan. Sudah saatnya umat Islam memahami bahwa tragedi Gaza tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan kemanusiaan semata. Solusi tuntas hanya bisa terwujud dengan kebangkitan politik umat Islam melalui tegaknya institusi Khilafah Islamiyah. Sebuah institusi yang selama lebih dari 13 abad terbukti menjadi benteng perlindungan terbaik bagi umat, termasuk anak-anak. Di bawah naungan Khilafah, anak-anak tumbuh dalam sistem pendidikan Islami, lingkungan yang menjamin kebutuhan fisik dan emosional mereka, serta keamanan dari gangguan luar.
Khilafah bukan sekadar sistem pemerintahan. Ia adalah penjaga (junnah) dan pengurus (ra'in) umat. Ia tak akan diam ketika satu saja anak Muslim dizalimi, apalagi puluhan ribu. Khilafah akan mengirim pasukan, bukan sekadar surat protes. Ia akan memutus hubungan diplomatik dan ekonomi dengan musuh-musuh Islam, bukan malah menjalin normalisasi dan kerjasama.
Oleh karena itu, memperjuangkan kembalinya Khilafah adalah kewajiban setiap muslim. Ini bukan soal politik semata, tapi soal tanggung jawab iman. Kita harus punya hujjah di hadapan Allah dan di hadapan anak-anak Gaza kelak, bahwa kita telah berjuang, bukan berpangku tangan. Bahwa kita tidak diam saat saudara-saudara kita dibantai. Dan bahwa kita menginginkan kehidupan yang penuh kemuliaan di bawah naungan Islam, bukan kehidupan yang tunduk pada tatanan sekuler kapitalis yang gagal melindungi manusia paling tak berdosa: anak-anak.
Anak-anak Gaza adalah amanah dan ujian bagi kita. Dan mereka, kelak, akan menjadi saksi apakah kita sungguh-sungguh membela mereka, atau justru menjadi bagian dari umat yang memilih diam dan menikmati kenyamanan semu di atas penderitaan mereka.
Wallahua'lam bish showab
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar