Lilik Ummu Aulia

Saat ini sedang menikmati profesi sebagai ibu rumah tangga sembari mengajar mata pelajaran Kimia di salah satu sekolah di Mojokerto. Just wanna be a good learne...

Selengkapnya
Navigasi Web

Keamanan Obat dan Pangan Jaminan Negara

Baru-baru ini, kasus keracunan makanan akibat jajanan La Tiao yang beredar di Indonesia menjadi sorotan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengambil langkah untuk menghentikan izin edar produk tersebut setelah laporan keracunan massal di beberapa daerah, termasuk kalangan siswa sekolah dasar. Insiden ini mengingatkan publik pada tragedi gagal ginjal akut yang menewaskan ratusan anak akibat konsumsi obat mengandung zat berbahaya beberapa tahun silam. Kedua kasus ini menegaskan lemahnya pengawasan negara dalam memastikan keamanan obat dan pangan yang beredar di masyarakat.

Tanggung Jawab Negara dalam Sistem Kapitalis

Dalam sistem sekuler kapitalis, peran negara seringkali terbatas pada regulator dan fasilitator ekonomi, bukan sebagai pelindung utama rakyat. Orientasi keuntungan cenderung mendominasi sehingga aspek keamanan seringkali terabaikan. Kasus La Tiao, misalnya, mencerminkan bagaimana produk pangan impor yang diduga tidak memenuhi standar keamanan bisa masuk dan beredar luas di pasar Indonesia.

BPOM sebagai lembaga yang bertugas mengawasi peredaran obat dan makanan seringkali terlambat dalam bertindak. Langkah penghentian izin edar biasanya dilakukan setelah terjadi insiden, bukan melalui pengawasan preventif yang ketat. Dalam sistem kapitalis, mekanisme pasar yang lebih dominan dibandingkan tanggung jawab negara membuat masyarakat harus menghadapi risiko tanpa perlindungan memadai.

Pentingnya Sistem Pengawasan yang Terintegrasi

Pengawasan terhadap obat dan pangan seharusnya dilakukan secara menyeluruh, mencakup tahap produksi, distribusi, hingga konsumsi. Dalam konteks ini, negara memiliki tanggung jawab untuk memastikan semua produk yang masuk ke pasar domestik memenuhi standar kesehatan dan keselamatan. Produk impor juga harus melalui proses verifikasi yang ketat. Sayangnya, mekanisme ini seringkali lemah diimplementasikan.

Kasus keracunan makanan dan gagal ginjal akut menunjukkan adanya celah besar dalam sistem pengawasan negara. Jika mekanisme preventif berjalan dengan baik, kasus-kasus seperti ini seharusnya dapat dicegah sejak awal. Namun, realitanya, pengawasan baru dilakukan ketika korban sudah berjatuhan.

Perspektif Islam: Negara sebagai Ra’iy dan Jaminan Halal Thayyib

Berbeda dengan sistem kapitalis, negara Islam memiliki mafhum ra’awiyah, yaitu konsep tanggung jawab pemimpin untuk mengurus rakyatnya. Dalam Islam, keamanan pangan dan obat menjadi prioritas negara karena berkaitan langsung dengan hajat hidup masyarakat. Prinsip halal dan thayyib (halal dan baik) menjadi panduan utama dalam memastikan produk pangan dan obat aman dikonsumsi.

Dalam konteks ini, negara Islam memiliki mekanisme pengawasan yang kuat. Salah satunya adalah peran Qadhi Hisbah, pejabat negara yang bertugas memastikan kejujuran dalam perdagangan dan kesesuaian produk dengan prinsip halal thayyib. Selain itu, sistem ini mendorong adanya pengawasan ketat terhadap proses produksi dan distribusi, baik untuk produk lokal maupun impor.

Solusi untuk Indonesia

Untuk mengatasi permasalahan ini, Indonesia perlu mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dalam menjamin keamanan obat dan pangan. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

Memperkuat Pengawasan Preventif: BPOM dan instansi terkait harus proaktif dalam mengawasi seluruh rantai distribusi obat dan pangan. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas: Publik perlu mendapatkan informasi yang jelas mengenai standar keamanan dan hasil pengawasan produk. Revisi Regulasi Impor: Produk impor harus melalui pemeriksaan ketat sebelum masuk ke pasar Indonesia, memastikan kesesuaian dengan standar nasional. Peningkatan Edukasi Masyarakat: Konsumen harus diberikan edukasi tentang pentingnya memilih produk yang aman dan berkualitas.

Kasus keracunan La Tiao dan tragedi gagal ginjal akut seharusnya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah. Menjamin keamanan pangan dan obat bukan sekadar tugas administratif, tetapi tanggung jawab moral dan legal yang harus dipenuhi. Negara tidak boleh hanya menjadi fasilitator pasar, tetapi harus berperan aktif sebagai pelindung utama rakyatnya.

Tanpa langkah tegas dan sistem pengawasan yang kuat, ancaman terhadap kesehatan masyarakat akan terus berulang. Dalam hal ini, diperlukan paradigma baru yang memprioritaskan kesejahteraan rakyat di atas kepentingan ekonomi dan politik semata.

Wallahu’lam bish showab

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post