Lilik Ummu Aulia

Saat ini sedang menikmati profesi sebagai ibu rumah tangga sembari mengajar mata pelajaran Kimia di salah satu sekolah di Mojokerto. Just wanna be a good learne...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sekat Imajiner Nasionalisme Akar Masalah Palestina

Sudah lebih dari tujuh dekade bangsa Palestina hidup dalam penjajahan, pengusiran, dan genosida yang terus menerus dilakukan oleh entitas Zionis Israel. Ribuan anak-anak kehilangan nyawa, puluhan ribu wanita menjadi janda, dan jutaan warga Palestina terusir dari tanah kelahirannya. Dunia telah menyaksikan penderitaan mereka, namun tidak ada perubahan signifikan yang mengarah pada pembebasan sejati. Mengapa? Apa penyebab utama yang membuat persoalan Palestina terus berlangsung tanpa ujung?

Satu jawaban mendasar yang sering terabaikan adalah sekat-sekat nasionalisme yang membelenggu umat Islam. Nasionalisme telah memecah belah tubuh umat menjadi negara-negara kecil dengan batas-batas buatan, masing-masing sibuk mengurus urusan dalam negerinya, dan tidak merasa memiliki tanggung jawab terhadap penderitaan saudaranya di tempat lain.

Secara historis, sekat-sekat nasionalisme ini bukan lahir dari kehendak umat Islam sendiri. Mereka adalah warisan dari Perjanjian Rahasia Sykes-Picot tahun 1916, kesepakatan kolonial antara Inggris dan Prancis yang dibantu Rusia, untuk membagi-bagi wilayah Khilafah Utsmani setelah diruntuhkan. Dengan perjanjian itu, dunia Islam yang dahulu menyatu di bawah satu kepemimpinan, kemudian tercerai-berai menjadi lebih dari 50 negara bangsa. Setiap wilayah dipimpin oleh rezim yang loyal pada penjajah, bukan kepada Islam.

Bersamaan dengan runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Barat melancarkan dua serangan besar terhadap umat Islam, yakni ghozwul fikri (perang pemikiran) dan ghozwus tsaqafi (perang budaya). Tujuannya jelas: menancapkan nasionalisme dan menjauhkan umat dari ikatan ukhuwah Islamiyah. Mereka ingin agar umat Islam lebih mencintai bendera nasionalnya daripada bendera Islam, lebih merasa satu bangsa dengan kaum sekafir sekuler daripada satu aqidah dengan kaum Muslim di negeri lain.

Inilah sebab mengapa ketika Palestina dibombardir, penguasa negeri-negeri Muslim hanya bisa mengutuk dan menyampaikan belasungkawa. Mereka tidak merasa memiliki tanggung jawab kolektif sebagai satu tubuh umat. Mereka tidak mengirim pasukan, tidak memobilisasi kekuatan militer untuk menghentikan penjajahan. Semua karena mereka terbelenggu oleh batas nasional dan dikondisikan oleh sistem internasional yang lahir dari rahim kolonialisme itu sendiri.

Padahal, Islam tidak mengenal batas negara berdasarkan tanah atau darah. Islam menyatukan umat dalam satu ikatan aqidah dan satu kepemimpinan global. Sejarah telah mencatat, ketika Khilafah masih tegak, tidak ada satu pun penjajah yang berani menyentuh tanah kaum Muslim tanpa perlawanan keras. Bahkan ketika seorang wanita Muslimah di wilayah Romawi meminta tolong kepada Khalifah, pasukan dikirim tanpa negosiasi.

Realitas ini menunjukkan bahwa solusi utama bagi Palestina bukan sekadar gencatan senjata, bantuan kemanusiaan, atau negosiasi politik. Solusi hakiki adalah menghapus sekat nasionalisme dan menyatukan kembali umat di bawah satu kepemimpinan Islam global: Khilafah. Hanya dengan Khilafah, kekuatan umat bisa dimobilisasi, pasukan bisa dikirim, dan tanah Palestina bisa dibebaskan secara total.

Perjuangan menghapus sekat nasionalisme ini bukanlah perkara mudah, tetapi ia adalah keniscayaan jika umat ingin mengakhiri penjajahan. Kesadaran umat harus dibangun kembali bahwa nasionalisme adalah racun yang telah memecah tubuh umat. Umat harus kembali memahami Islam sebagai ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem politik dan tata dunia.

Maka tugas besar kita hari ini bukan hanya bersimpati pada Palestina, tetapi juga membongkar sistem sekuler nasionalis yang menghalangi pembebasan. Sudah saatnya umat Islam di seluruh dunia menyatukan langkah untuk menegakkan kembali Khilafah, sebagai satu-satunya institusi yang akan menghapus sekat nasionalisme dan memimpin perjuangan pembebasan Palestina serta seluruh tanah yang dijajah.

Wallahua'lam bish showab

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post